Rabu, 06 Mei 2009

Bias

"Disappointed, disillusioned, re-affirm my view,
We've all a story to sell,
We've all a lie that we tell,
And it goes on and on, and on and on."


Kebenaran dan "kebenaran" tidak lagi bisa dipisahkan dengan mudah. Mata publik mudah sekali tertipu dengan media, ketika media bilang "A" telah terjadi, maka semua merasa kejadian "A" benar - benar terjadi. Seperti sebuah pemberian sugesti yang sering sekali dilakukan oleh seorang penghipnotis. Media itu sendiri pun dengan mudahnya menyebarkan berita yang belum tentu benar, bahkan mungkin tahu bahwa berita itu bohong, namun demi popularitas atau pun uang justru malah menyebarkannya. Akibatnya, semakin hari, kejujuran semakin mahal dan "kebenaran" bisa diciptakan dengan harta, semua hal pun bisa di kuantisasi dan dibeli dengan uang. Masihkah ada orang - orang jujur yang akan membela kebenaran dan kejujuran di dunia ini?

Negeri ini dilanda sebuah krisis moral yang cukup serius, yakni hilangnya urgensi mengutamakan kejujuran. Bukan hanya segelintir orang, tetapi banyak orang. Mungkin sebagian orang menganggap hal ini hal sepele, tetapi ketahuilah, bahwa ketidakjujuran akan menjadi narkotika paling adiktif di dunia. Seperti lirik yang saya tulis di awal tulisan ini yang merupakan bagian dari lirik lagu "Is This The Best It Gets" yang dinyanyikan oleh band dengan nama Budapest, manusia mulai terbiasa berbohong dan perlahan melumrahkan suatu kebohongan.
Salah satu cabang dari kebohongan itu sendiri adalah plagiarisme yang juga dibahas di artikel ini. Artikel tersebut membahas tentang copy - paste, sebuah plagiarisme akut yang sebagian orang merasa hal itu lumrah dengan beralasan terlalu banyak pekerjaan atau tugas sehingga tidak sempat untuk membuatnya sendiri.

Di satu sisi yang lebih luas lagi, ketidakjujuran melahirkan sebuah masalah besar bagi bangsa ini, yaitu korupsi. Bukan semilyar dua milyar nominal yang mereka curi, bahkan mungkin triliunan. Koruptor menjadi sebuah profesi gelap yang dianggap biasa di kalangan pejabat, seperti layaknya menyontek dianggap biasa di kalangan sebagian pelajar bahkan pengajar saat ini. Ketika ada seseorang mencoba mengehentikan korupsi, para koruptor tidak terdiam, mereka bahkan mengorganisasikan sebuah kejahatan terselubung agar sang pemberantas koruptor berubah status dari pahlawan menjadi penjahat.

Tak perlu menembak mati koruptor, karena bukan orangnya yang pantas mati, tetapi budaya berbohong itulah yang menjadi akar korupsi yang pantas mati. Negeri ini haus akan sosok pahlawan yang punya nyali untuk memberantas bibit kejahatan yang bersarang di alam bawah sadar setiap manusia. Negeri ini kekurangan orang yang bisa mengacuhkan bisikan setan yang ada dalam hati.

Kejujuran seperti intan, di kubur di dalam lumpur sekalipun, tetap saja orang akan tahu itu intan. Jadilah penyelamat negeri dengan mengutamakan kejujuran, belajarlah untuk membedakan suara hati dan bisikan setan. Ingatlah suatu hari nanti, semua perbuatan kita akan di pertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Bersikaplah jujur, karena dengan kejujuran inilah kita akan membangun Indonesia menjadi jauh lebih baik dari sekarang.

1 komentar:

Big mengatakan...

waduh, maap jar baru komen..

hehe..dasar fans-nya pak toemin..
ihiiiy.. :D

makasih jar uda ngingetin (lagi) ! ^^

Saya?!

Foto saya
Dipanggil Fajar. Sampai saat ini masih yakin terlahir untuk menjadi pemenang, walaupun saat ini saya masih amat jauh dari pribadi dan pengetahuan seorang pemenang. Saya harus terus belajar hingga benar - benar menjadi pemenang di dunia dan di akhirat bersama pemenang-pemenang lainnya. Alhamdulillah saat ini saya telah lulus dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Cita - cita : Menjadi seorang pemilik perusahaan IT Indonesia yang disegani di seluruh dunia, dan menjadi orang super kaya sehingga mampu membantu sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia! Hal ini tak akan bisa terwujud tanpa doa, dukungan dan kerja keras. Untuk itu mohon doanya juga dari para pembaca :D

Fajar's Personality

Click to view my Personality Profile page