Selasa, 05 Februari 2013

Pergantian Pejuang

Matahari yang hangat menyambut datangnya hari Sabtu, 10 November 2012. Pak Arif Pengajar Muda angkatan 3 penempatan Majene berjalan dengan seluruh warga Tatibajo yang mengantarnya menuju jalan Poros. Sebuah jalan raya trans-Sulawesi yang menghubungkan kota-kota di Sulawesi Barat, termasuk Makassar, Mamuju dan tentu saja Majene. Jalan ini akrab disebut sebagai “pinggir”oleh warga dusun. Jalan yang jika dilalui dari Majene menuju Makassar memiliki tak sedikit lubang dan sedang diaspal ulang, akan mengantar salah satu sarjana terbaik bangsa kembali ke kampung halamannya.

Pemandangan indah pegunungan mengiringi perjalanan kami menuju ke pinggir. Angin sepoi sesekali menyapa warga yang sedang mengantar salah satu keluarga mereka selama satu tahun terakhir. Jalan bebatuan menjadi karpet merah yang bersaksi bahwa dalam waktu satu tahun banyak yang telah ditinggalkan oleh Pengajar Muda tersebut, tak terkecuali kenangan di dalam hati mereka. Sungai yang mengalir berbelok-belok seolah menonton iring-iringan manusia yang sedang berjalan ke bawah melalui jalan setapak berbatas jurang dan dinding pasir rawan longsor.

Dua belas bulan, bukan waktu yang terlalu lama tetapi cukup untuk menjadikan seorang manusia sebagai pusat pergerakan perubahan ke arah kebaikan di suatu daerah terpencil. Tempat Pengajian Al-Qur’an, Buku Tabungan Siswa, Rajinnya anak-anak dusun sholat lima waktu, berhasilnya mereka mengkhatamkan (menamatkan) bacaan Al-Quran, serta kekompakan orang tua dalam mengutus anaknya menuntut ilmu di sekolah adalah bukti keberadaan dua Pengajar Muda sebelumnya di dusun Tatibajo, desa Salutambung, kecamatan Ulumanda, provinsi Sulawesi Barat.

Langkah kaki semakin berat seiring dengan jarak berkilo-kilometer yang kami tempuh perlahan dengan menurun dan mendaki menuju pinggir. Tak terasa satu setengah jam kami lalui sampai akhirnya kami tiba di pinggir. Semua masih bersuka cita pada saat itu, kecuali ibu angkat kami (saya dan pengajar muda sebelumnya) yang sudah menangis sejak Pak Arif atau yang lebih sering saya sapa dengan mas Arif menata pakaian dan peralatannya ke dalam tas dan ransel yang akan ia bawa pulang. Sepanjang jalan saya melakukan “pendekatan” kepada anak-anak dusun Tatibajo dengan mengajak mereka menyanyikan lagu-lagu ceria.

Lagu yang pertama adalah lagu “Bermain Lingkaran”, yang liriknya,

Ayo kawan kita bermain lingkaran,
Mencari binatang yang ada di hutan,
Binatang apakah itu? binatang apakah itu?
Itu ular namanya

Beginilah jalannya
Beginilah jalannya
Beginilah jalannya
(sembari kedua tangan dirapatkan dan menirukan cara ular melata ke kanan ke kiri)

Sepanjang jalan aku meminta mereka mengganti kata ular dengan kata yang lain, namun ternyata memang mereka masih harus dibimbing untuk mencari contoh binatang yang akan ditirukan geraknya pada lagu ini. Sesampai di pinggir kami masih harus berjalan ke rumah bu Haji, kakak pertama dari ayah angkat kami yang rumahnya tak jauh dari tempat kami turun di pinggir. Sekitar lima belas menit kami berjalan sebelum akhirnya sampai ke rumah bu Haji. Sesampai di sana sudah ada guru-guru SDN Inp 27 Tatibajo yang menanti untuk memberikan salam perpisahan. Namun tak lama kemudian Mas Arif masih harus bertemu dengan Mbak Vivi, pengajar muda penempatan dusun Rura yang letaknya tak jauh dari tempat kami jika ditempuh dengan sepeda motor.

Aku pun memutuskan untuk ikut bersama Mas Arif ke Tabojo, sebuah warung di dekat pertigaan jalan menuju dusun Rura. Cepat saja sampai kami sampai ke Tabojo. Tangis dan air mata sudah membanjiri mata warga Rura karena harus melepas Mbak Vivi, guru anak-anak mereka dan keluarga mereka selama satu tahun terakhir. Begitu pula ketika kami datang, beberapa rekan meminta berfoto bersama Mas Arif dengan harapan mereka tidak saling lupa satu sama lain setelah perpisahan yang terjadi hari ini.

Akhirnya kami pun kembali ke rumah Bu Haji. Episode yang sama terjadi ketika kami bersiap membawa barang-barang masuk ke dalam pete-pete (sebutan untuk angkutan umum di Majene), tangisan anak-anak Tatibajo pun “meledak” dan rencanaku dengan anak-anak untuk menyanyikan lagu perpisahan bagi Mas Arif gagal sudah. Bahkan terjadi lebih dari yang kami bayangkan, ibu angkat kami pingsan di teras rumah Bu Haji. Kami pun harus menunda keberangkatan sejenak dan Mas Arif membawa ibu ke dalam rumah Bu Haji. Sapaan dan goyangan tangan mas Arif berusaha membangunkan ibu dari ketidaksadaraannya. Warga sibuk ikut ingin melihat, “Tolong mundur sedikit! Mundur sedikit! Beri ruang udara!” seruku yang hanya bisa memperingatkan warga untuk memberikan ruang bagi ibu agar terdapat udara segar yang cukup di sana.

Ibu pun akhirnya terbangun, terlihat Mas Arif memberikan pengertian kepada Ibu agar dapat menenangkan Ibu yang sedang terkulai lemas karena anaknya akan pergi ke pulau seberang.  Sang pengajar muda ini pun berhasil meyakinkan Ibu. Mas Arif pun naik ke pete-pete dan lembaran perjuangan tentang pejuang yang baru pun akan segera dimulai. Optimisme yang kugenggam dari Pengajar Muda sebelumnya menjadi pasak bagi tiang perjalanan hidupku di dusun Tatibajo untuk mendidik anak-anak bangsa di dusun ini menjadi pemimpin masa depan. Diantara mereka terdapat potensi yang aku yakini akan membawa dusun ini kelak menjadi tempat yang lebih nyaman bagi warganya.

Kini giliranku yang membantu mendidik dan menyadari mutiara-mutiara bangsa bahwa mereka punya peluang untuk bersinar dan menerangi sekitar mereka. Kini giliranku yang belajar dari kehidupan masyarakat melalui kehidupan akar rumput. Ada satu doa yang kupanjatkan kepada Sang Pemilik milyaran galaksi di alam semesta ini, yakni memohon aku bisa mendapatkan kekuatan dan petunjuk dari-Nya agar dapat memberikan yang terbaik dan belajar dari kehidupanku selama empat belas bulan ke depan. Sungguh aku yakin, fase hidupku kali ini merupakan salah satu fase yang memiliki banyak hikmah dan pelajaran hidup bagiku.

Iringan warga dusun yang mengantar Mas Arif ke pinggir.

Cerita ini juga bisa dibaca di Website Indonesia Mengajar

Read More

Kamis, 03 Januari 2013

Malam Pertama

Dusun Tatibajo telah menerima pengajar muda yang ketiga sejak 5 November 2010. Sudah dua kali terhitung pengajar muda lama membonceng pengajar muda baru menggunakan sepeda motor di tengah hujan. 5 November 2012 kali ini pun hujan deras mengguyur daerah pegunungan Tatibajo dan memicu adanya tiga air terjun sepanjang perjalanan menuju dusun. Ketiga air terjun tersebut seakan sengaja menyapa kedatangan pengajar muda baru di dusun ini. Perjalanan licin diwarnai dengan beberapa kali ban motor terperosok lumpur dan mesin motor mati menjadi jamuan pertama dalam menempuh “karpet merah” yang terbuat dari tanah, batu dan jurang rawan longsor menuju dusun.

Hatiku cukup terperangah baru kali ini aku naik motor dengan medan semenantang ini. Aku diantar oleh pemuda menggunakan motor bebek buatan Jepang berwarna biru. Dia setiap minggunya sepanjang masa penempatan melewati jalan ini untuk berkordinasi, bersilaturahmi, dan memenuhi beberapa kebutuhannya di daerah pinggir (sebutan untuk Jalan Raya Poros, tempat pemukiman mayoritas guru di Kabupaten Majene). Dia adalah pengajar muda angkatan tiga atau pengajar muda kedua yang di tempatkan di dusun Tatibajo. Angkatan ganjil pada Indonesia Mengajar akan menggantikan angkatan ganjil yang sebelumnya berada di daerah penempatan.

Sesampainya di dusun, hari sudah gelap, sudah masuk waktu sholat Maghrib, kami pun masuk ke dalam rumah untuk mengambil wudu dan melaksanakan sholat Maghrib di mushola dusun. Aku pun bertanya kepada mas Arif (pengajar muda sebelumnya), “Mas kita ambil wudhu dimana?”, “ikut saya” jawabnya. Kami pun masuk ke rumah tempat tinggal host family (keluarga angkat) beliau yang juga menjadi keluarga angkatku di penempatan. Rumah ini memiliki sebuah “ruangan serba guna” tak berpintu yang berdinding kayu, beratapkan dedaunan besar. Di situ terdapat air yang ditampung dalam ember dan wadah bekas cat, air itulah yang kami ciduk menggunakan mangkuk untuk kobokan dan menjadi air wudhu kami.

Keadaan serba darurat seperti celana basah terkena genangan air hujan tidak menjadi alasan kami untuk tidak melaksanakan ibadah sebagai tanda syukur kami kepada Sang Esa atas segala nikmat yang Dia berikan termasuk selamatnya kami sampai ke dusun. Kami pun melaksanakan sholat Maghrib. Seusai sholat kami kembali ke rumah, terdengar obrolan bisik-bisik dan pandangan mata penasaran ke arahku dari seluruh warga yang berkumpul di rumah. Sepertinya seluruh warga benar-benar penasaran ingin berkenalan dengan seorang yang baru datang dari pulau seberang ini.

Masyarakat Tatibajo sangat menghormati tamu, mereka bersalaman dengan tamunya sambil bershalawat “Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad”. Aku pun menyalami dengan hormat beberapa Bapak-Bapak di sana yang menyambutku di dalam rumah. Masyarakat berkerumun di dalam ruang rumah pada saat itu. Mas Arif pun mengenalkanku kepada masyarakat Tatibajo, “Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh”, “Wa’alaikumsalam warrahmatullahita’ala wabarokatuh” jawab warga serentak. “Hari ini telah datang adik saya yang bernama Muhamad Fajar dari Jawa yang akan menggantikan saya. Beliau ini berasal dari Jawa Barat, berbeda propinsi dengan saya yang berasal dari Jawa Tengah. Saya minta seluruh warga untuk menjaga adik saya ini selama di sini, karena bagaimanapun juga adik saya ini telah menjadi tanggung jawab kita semua di sini.“ Singkat beliau menjelaskan tentang saya sembari mempersaudarakan saya dengan dirinya di depan masyarakat Tatibajo.

Setelah menuturkan berbagai harapan dan permohonan bantuan kepada masyarakat akhirnya mas Arif memberikan saya kesempatan untuk berbicara. “Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh” salamku, “Wa’alaikumsalam warrahmatullahita’ala wabarokatuh” jawab warga serentak lagi. “Seperti yang telah dikatakan oleh Pak Arif, nama saya Muhamad Fajar, dipanggil Fajar, insya Allah saya akan berada di sini selama empat belas bulan, lebih dua bulan dari lamanya Pak Arif tinggal. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih karena Bapak dan Ibu sekalian telah menerima saya di sini. Saya juga mohon bantuan dan kerja sama dari Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu agar kita dapat bekerja sama mendidik anak-anak Tatibajo. Saya tentunya di sini tidak hanya akan mengajar tetapi juga akan banyak belajar dari Bapak dan Ibu sekalian tanpa terkecuali juga dengan anak-anak Tatibajo. Singkat saja dari saya, saya kembalikan ke Pak Arif. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh”, begitulah penjelasan singkatku di awal perkenalan dengan warga.

Tak bisa dibohongi bahwa tubuhku terasa lelah karena perjalanan yang cukup panjang. Perjalanan tersebut dimulai dari mendarat di Bandar Udara di Makassar disambung dengan perjalanan 8 jam menuju Majene. Setelah menjalani rapat transisi dengan pengajar muda sebelumnya di sana selama dua hari dua malam dan acara sambut lepas di kantor Bupati langsung disambung dua setengah jam perjalanan menuju jalan masuk ke dusun. Terakhir dengan motor bebek menjalani setengah jam semi-offroad menuju dusun. Rangkaian perjalanan itu pun membuat lelah tubuh ini. Mas Arif pun dapat melihat hal ini dan mempamitkan diri kami kepada masyarakat serta memintaku untuk istirahat di tempat tidur sementara beliau sibuk menuliskan surat perpisahan untuk murid-muridnya.

Malam pertama pun menjadi malam yang begitu berkesan. Pembicaraan warga dengan bahasa daerah Mandar gunung memang tidak kumengerti, tetapi terbaca keramahan mereka dari senyum yang mereka lemparkan kepadaku. Ada satu semangat baru di sini, semangat yang begitu sederhana kembali hadir di hatiku walau badan terasa sangat lelah. Semangat untuk memberikan kebermanfaatan. Semoga empat belas bulan ke depan diri ini bisa memberikan amal terbaik untuk murid-muridku dan untuk masyarakat dusun Tatibajo.

Cerita juga bisa dibaca di: Blog Pengajar Muda

Read More

Sabtu, 03 November 2012

Balada Kepergian Para Perantau

Setengah tertidur pada pukul 01:00 WIB, para Pengajar Muda memaksa kelopak mata mereka terbuka agar mereka dapat membawa barang-barang mereka dari kamar hotel ke mobil pengangkut barang. Sinar bulan menyinari tas carrier dan koper yang mereka isi sepadat mungkin dengan pakaian dan peralatan untuk bekal kehidupan selama di penempatan 14 bulan ke depan. Sekitar jam 02:00 WIB kami, para pengajar muda berangkat dari Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Fatmawati menuju Bandara Soekarno-Hatta. Bus yang akan mengantarkan kami telah menunggu sejak malam sebelumnya. Deru mesin kendaraan besar ini menjadi saksi bagi kami ketika meninggalkan tanah Jakarta menuju daerah penempatan.

Selama perjalanan sekitar 2 jam kawan-kawan pengajar muda akhirnya kalah oleh gravitasi lelah dan tertidur di dalam bus. Mereka begadang untuk memaksimalkan persiapan, menyalin data-data video, lagu, dan bahan ajar untuk bekal satu tahun dua bulan ke depan sehingga wajar saja mereka tertidur. Pada dasarnya saya sempat tidur sekitar satu jam lebih, namun tak cukup bagi mata saya yang akhrinya juga terlelap saat perjalanan menuju pangkalan burung besi. Tak lama setelah itu, cahaya lampu melewati retina, mengantarkan diri dari alam bawah sadar ke dunia nyata. Terlihat kesibukan orang-orang di bandara dari jendela bus. Kami pun turun dan dengan segera menurunkan barang. Tanpa banyak tanya setiap tim penempatan langsung mendelegasikan dua atau tiga anggotanya untuk mengambil trolly pengangkut barang.

Kami pun mengangakat barang yang akan dimasukan ke bagasi pesawat ke atas trolly sebagian barang yang kami niatkan dibawa di kabin pesawat kami titipkan kepada orang tua salah seorang Pengajar Muda (PM) dan kami, delapan orang PM penempatan Kabupaten Majene mulai menyambung antrian bagasi pesawat untuk menimbang barang bawaan kami. Selepas menimbang barang barulah kami kembali ke depan terminal A1 untuk melaksanakan upacara pelepasan. Pada saat upacara pelepasan Pak Anies memberikan wejangan terakhir sebelum kami berangkat. Satu persatu tim PM pun boarding ke pesawat masing-masing. Kami tim Majene mendapatkan giliran boarding sekitar jam 5:10 WIB, 30 menit setelah upacara dimulai. Dua puluh menit kemudian upacara pun selesai, kami para PM bersalam-salaman dan melepas saudara-saudara seperjuangan dengan peluk erat ataupun salam sahabat dengan sambil memberikan pesan terakhir sebelum keberangkatan.

Waktu boarding pun tiba, kami mengambil barang di atas trolly yang tadi sudah dijaga oleh orang tua kawan kami dan disambung jaga oleh panitia. Kami pun berlari karena waktu menunjukan tepat 5:10 WIB. Banyak perbekalan “tiba-tiba”yang diberikan oleh keluarga kawan-kawan saya, salah satunya bantal untuk PM yang bernama Mega Tala dari saudaranya dan sekantung minuman ringan untuk PM yang bernama Yustika. Minuman ringan ini dianggap memberatkan bagasi dan beliau sengaja tinggalkan di trolly, tetapi tiba-tiba saja seorang pegawai kerja praktek kantor Indonesia Mengajar mengejar kami sembari teriak “Mbak! Mbak! Barangnya ada yang ketinggalan!”, barang itu adalah minuman yang sengaja kami tinggal. Akhirnya minuman itu pun kami bawa.

Kami pun lekas ke boarding room, sesaat setelah sampai ternyata maskapai penerbangan mengumumkan bahwa pesawat yang kami tumpangi dipersilahkan untuk diisi segera. Kami pun setengah berlari langsung mengantri ke sebuah pintu keluar menuju lapangan penerbangan dan menaiki pesawat. Kami pun mencari kursi masing-masing, meletakan barang bawaan di lemari atas kabin pesawat lalu duduk manis menunggu pesawat take off.

Terbesit perasaan yang aneh bin ajaib, kami akhirnya berangkat ke penempatan, menuju petualangan baru untuk berbagi ilmu kami yang tidak banyak dan belajar banyak dari penduduk setempat kelak. Resah, khawatir, senang, dan penasaran bersatu menjadi satu emosi yang tak tergambarkan. Detak jantung sesekali menjadi cepat karena memikirkan hal ini. Dua puluh menit setelah kami duduk di kursi penumpang, pilot pun mengumumkan bahwa pesawat akan take off. Kami pun terbang bersama semangat optimis kami melanjutkan perjuangan para PM angkatan sebelumnya di penempatan untuk melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Saudara sepenempatan (PM Tim Majene): Ibu Ria, Sarjana Farmasi ITB dan Ibu Tika, penyiar terkenal di Jogja
Saudara sepenempatan (PM Tim Majene): Pak Nurul, penulis asal Jogja, Bu Tala Psikolog dari Undip, Pak Vino anak IT dari Malaysia , Pak Didin tukang touring dari UNS, Bu Lukvi Pecinta Alam dari UGM

Sabtu, 3 November 2012
Pengajar Muda V
Penempatan Dusun Tatibajo
Muhamad Fajar

Read More

Minggu, 23 September 2012

Kata Pengajar Muda

Pedalaman
Role Model 
Mistis
Fasilitator
Akrab dengan Masyarakat
Mengajar
Ramah
Bermain
Anak-anak
Menyenangkan
Memori Jangka Panjang
Pengalaman
Hutan
Bertahan Hidup
Kedinginan
Kepanasan
Berjuang
Rantau
Jauh
Lelah
Istiqomah
Ramah
Olahraga
Segar
Multiple Intelligence
Manajemen Berbasis Sekolah
Dana BOS
Sholat
Kawan Baru
Bercanda
Indonesia

Kira-kira inilah sederetan kata yang bisa menggambarkan keadaan dua minggu terakhir. Benar-benar hidup yang sangat berbeda dengan kehidupan saya beberapa hari yang lalu.



"La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus'aha"
Takkan dibebani seseorang dengan beban yang lebih dari kemampuannya



Read More

Minggu, 26 Agustus 2012

Kehidupan Lab



Tulisan kali ini saya dedikasikan untuk kawan-kawan Fasilkom 2007 yang pernah bertandang dan bekerja sama di sebuah lab di Fasilkom UI, lab yang ketika itu bernomor 1231. Ini tentang mereka yang nekat masuk ke lab dengan jam kerja dan muatan kerja berlebih. Jika tertarik membaca silahkan klik "read more" di bawah ini.

Jika saya tidak salah ingat, setidaknya ada 13 orang mahasiswa yang mengerjakan Tugas Akhir di bawah bimbingan Dr. Eng. Wisnu Jatmiko (termasuk saya). Walaupun masa pengerjaan TA kami tidak seluruhnya berbarengan, saya memiliki kesan berupa testimoni kepada 12 karakter lainnya. Saya berharap dengan menuliskannya, ada sifat-sifat positif di dalamnya yang terpelihara, berkembang lebih baik lagi dan juga menular pada penulisnya (ngarep). Berikut testimoni dari saya pribadi tentang keduabelas orang tersebut.

Prayoga Dahirsa
Yoga paling jago main catur di angkatan 2007, tidak ada yang meragukan kemampuan analisisnya dalam bermain catur. Rajin ke Masjid. Salah satu dari pendiri genk "masjid - lab 1109" (segerombolan mahasiswa yang suka nongkrong di lab 1109 dan selalu ke masjid untuk sholat berjamaah di awal waktu). Paling gampang untuk nyambung masalah candaan. 

Abdullah Hafidh
Lulusan SMAN 28 Jakarta yang satu ini adalah pemilik IPK tertinggi ketiga di Fasilkom UI pada wisuda semester genap tahun 2011. Kecerdasan dan kemampuan code dan memecahkan masalah dari seorang Abdullah Hafidh tidak diragukan lagi. Bermain ketika orang belajar, belajar ketika orang bermain adalah ciri khasnya. Itulah yang membuat banyak mahasiswa lain di sekitarnya terjebak ikutan main ketika saatnya belajar dan tidak belajar seperti Hafidh pada saatnya bermain.

Wahyu Tri Anggoro
Saudara seperjuangan saya dari sebelum mulai kuliah sampai wisuda. Kawan satu SMA yang termasuk memiliki nilai-nilai kuliah yang stabil dan unggul pada aspek-aspek yang tidak diduga-duga pada saat kuliah. Penerima beasiswa beberapa kali selama kuliah. Orang yang paling kalem menghadapi berbagai macam hal baik maupun buruk. Termasuk dalam genk "masjid - lab 1109".

Aji Roland
Aji punya profesi sampingan sebagai translator beberapa episode salah satu serial pahlawan bertopeng Jepang (Kamen Rider). Beliau paling fasih berbahasa Jepang diantara orang-orang yang bisa bahasa Jepang di lab 1231. Selalu punya solusi dan gagasan inovatif ketika menemukan masalah dalam proses penelitian di lab. Teman diskusi yang asyik. Anak seorang almarhum dokter RSCM, tak heran kepintaran ayahnya bersemayam pula dalam kromosom Aji.

Ruliyantyo SR.
Orang Jambi yang sulit dideskripsikan. Paling taat dan tidak banyak meminta dalam menjalankan tugas. Punya banyak koleksi download-an yang akan terus bertambah. Sepertinya pemecah rekor anggota lab yang paling ringan berat badannya karena faktor genetik. Sebagai sesama pemilik ilmu meringankan tubuh semoga saya dan Ruli sama-sama bisa menaikan berat badan secara stabil dan seimbang (tidak hanya di perut).

M. Iqbal Tawakal
Iqbal adalah asisten peneliti yang paling tinggi score IELTS dan TOEFL nya di lab dan juga dibekali dengan kemampuan berbahasa Jepang yang cukup. Selalu fokus dalam memecahkan satu masalah. Code hasil karya Iqbal termasuk rapih dan tak diragukan kebenarannya. Rumahnya yang jauh berada di Bekasi tidak membuat Iqbal malas-malasan dalam hal bekerja di lab. Iqbal adalah orang yang paling easy going. Iqbal termasuk pula dalam anggota genk "masjid - lab 1109". Mendalam ketika mengkaji sesuatu, sederhana, dan bersahaja adalah ciri khas yang tidak bisa hilang dari diri Iqbal. Iqbal termasuk dalam anggota Power Ranger 1231 (sebutan saya untuk lima asisten riset yang bertahan hidup di lab > 6 bulan paska kelulusan di kampus).

Fauzi
Uda yang satu ini paling kuat dan cepat dalam memahami berbagai paper di bidang ilmu komputer. Paling kuat begadang. Tidak berhenti bekerja sebelum pekerjaan selesai. Dalam kalimat sederhana, Fauzi itu talk less do more.

Sony Wirawan
Rekan yang satu ini adalah komikus bersahaja dan sederhana. Saya jarang berkoordinasi dengan beliau, mungkin karena orangnya agak introvert. Sony menurut saya adalah salah satu pribadi soleh di Fasilkom. Dalam sudut pandang saya, saudara saya yang satu ini benar-benar mengutamakan passion dalam bekerja. Topik yang diambilnya ketika TA adalah simulasi robot pemain sepak bola, topik yang terbilang sulit. Namun tetap diambil karena sesuai dengan passion-nya, yakni menikmati pertandingan sepak bola. Sony bisa ditemukan di kaskus sebagai salah satu pemilik lapak dagangan di FJB.

Enrico Budianto
Klo saudara seiman yang satu ini testimoninya sudah saya tulis di sini. Setahu saya cita-citanya saat ini adalah menjadi profesor di Standford. Sekarang lagi menjalankan studi S3 nya di NUS, gak pake S2 langsung S3 gan. Mantaplah pokoknya.

Big Zaman
Tak ada kata yang bisa menggambarkan dengan baik kebaikan seorang Big Zaman. Big ini pribadi yang paling bertanggung jawab, mungkin karena memang Big punya banyak amanah makanya sifat ini yang paling terlihat dari beliau. Hidup dalam kesederhanaan justru menempa Big lebih matang ketimbang penghuni lab yang lainnya. Mantan manajer PPSDMS ini selalu punya nasihat yang pas di hati jika diminta. Anggota dari Power Ranger 1231 yang satu ini juga sparing partner yang tepat dalam hal perbaikan diri dan dalam hal memenuhi targetan-targetan ibadah. Mapres kedua Fasilkom tahun 2010 ini sangat santun dalam bertutur dan bertindak. Ah! rasanya aneh jika ada pribadi yang tidak suka dengan seorang Big Zaman. Kekurangan Big cuma satu, kurang pendamping hidup :D

Faris Al Afif
Muda, detail, dan visioner. Mungkin ini tiga kata yang menggambarkan Faris saat ini. Almamater SMAN 1 Bogor yang satu ini selalu memperhatikan hal detail dalam bekerja. Tak heran detail dan cerdasnya beliau dalam menyampaikan informasi, data, dan argumentasi mengantarkannya menjadi Mapres Fasilkom tahun 2011. Tidak seperti kami yang baru-baru, Faris aktif di lab 1231 sudah sejak lama. Ketua Tim Robotik UI periode 2011 ini sedang menunggu pengumuman beasiswa, tetapi juga sudah diterima kerja di sebuah perusahaan yang oke punya. Kita doakan saja yang terbaik buatnya.

M. Sakti Alvissalim
"The Lab Savior" inilah gelar yang saya berikan kepada seorang saudara seiman yang satu ini. Mantan ketua  Rohis SMAN 2 Ngawi ini mendadak gaul terutama dalam hal penampilan semenjak kepulangannya dari pertukaran pelajar Nagoya University, Jepang, tetapi hal ini tidak mengurangi keistiqomahannya dalam taat kepada Ilahi. Alvis sebagai anggota lab juga termasuk dalam jajaran sesepuh di lab 1231. Telah berada di lab semenjak tahun kedua kuliah, sejak lab masih berada di ruang 3310. Alvis sebagai Power Ranger 1231 paling banyak melakukan aksi penyelamatan di bidang penelitian. Penyelamatan yang saya maksud adalah pencarian solusi dan pemecahan masalah terhadap berbagai tantangan penelitian yang ada di lab. Detail, well-planned, pantang menyerah, workholic, optimis dan bertanggung jawab adalah sifat-sifat yang selalu terlihat dari dalam diri Alvis dalam mengerjakan berbagai hal di lab. Problem Alvis kurang lebih sama seperti Big. Spesifikasinya dalam menjadi jodoh termasuk tinggi menurut saya. Mungkin ini salah satu sebab agar kita mendoakan Alvis dimudahkan dalam mencari pendamping hidup. Terutama untuk mendampingi selama melanjutkan studi S2 di Tokyo Institute of Technology.

Sekian testimoni dari saya. Mungkin ada yang testimoninya pendek, karena memang saya belum tahu banyak tentang beliau-beliau walau sudah lebih dari sekali kami menginap bersama di lab karena tuntutan kerjaan ataupun untuk menyelesaikan skripsi/tugas akhir. Akhir kata mohon maaf jika ada kata yang tak berkenan. Tiada sempurna pribadi ini apalagi tulisannya. Semoga Allah mempertemukan kita kembali kelak dengan keadaan yang lebih baik dan kerja sama yang lebih bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya orang di Bumi ini.

Mantan kawan seperjuangan di Lab 1231.



Muhamad Fajar.

Read More

Saya?!

Foto saya
Dipanggil Fajar. Sampai saat ini masih yakin terlahir untuk menjadi pemenang, walaupun saat ini saya masih amat jauh dari pribadi dan pengetahuan seorang pemenang. Saya harus terus belajar hingga benar - benar menjadi pemenang di dunia dan di akhirat bersama pemenang-pemenang lainnya. Alhamdulillah saat ini saya telah lulus dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Cita - cita : Menjadi seorang pemilik perusahaan IT Indonesia yang disegani di seluruh dunia, dan menjadi orang super kaya sehingga mampu membantu sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia! Hal ini tak akan bisa terwujud tanpa doa, dukungan dan kerja keras. Untuk itu mohon doanya juga dari para pembaca :D

Fajar's Personality

Click to view my Personality Profile page