Sabtu, 24 Desember 2011

Musik! (3)


Source: flickr.com original file by dannywartnaby

"Keinginan untuk berislam secara sempurna adalah rahmat dari Allah yang lebih berharga dari bumi, langit dan seisinya"
- Pak Iskandar, Seseorang yang lumayan misterius

Berada dalam dunia musik selama 5 tahun terakhir membuat Joni yang pada saat itu cenderung introvert banyak berpikir dan berdiskusi dengan pikirannya sendiri. Berdebat sendiri tidak akan mengasilkan apa-apa. Akhirnya Joni pun mulai mengamati beberapa tokoh di sekitarnya yang "kebetulan" mengalami hal yang sama.

Di sekitar Joni terdapat banyak tokoh yang unik. Tokoh-tokoh seperti ini jarang ada di novel anak muda jaman sekarang, apalagi di sinetron. Standar kebenaran yang mereka gunakan berbeda dengan kebanyakan anak muda pada saat itu. Hal yang benar dan boleh dilakukan biasanya bagi anak smp dan sma adalah hal yang dilakukan oleh teman-teman sekolah mereka. Tetapi bagi karakter-karakter unik ini, kebenaran itu bukanlah sesuatu yang datang dari pendapat orang-orang di sekitar mereka. Bukan pula dari televisi. Kebenaran juga tak selalu datang dari hati ataupun logika otak manusia. Kebenaran itu, datang langsung dari Allah SWT Sang Pemilik dan Pencipta Alam Semesta. Pesan kebenaran tersebut dikirimkan melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya yang terakhir, penyempurna risalah utusan-utusan sebelumnya.

Tokoh pertama adalah Rido, anak band jejepangan (istilah untuk anak muda yang menggandrungi musik ala jepang) tiba-tiba saja berhenti dari aktivitas ngebandnya pada saat SMA. Sebenarnya Joni juga tidak tahu bahkan tidak kenal (tidak ingat) tentang si Rido dan bahwasanya Rido satu SMP dengannya dulu. Ia baru tahu hal itu dan adanya fenomena Rido berhenti jejepangan di atas panggung ketika sedang mencari gitaris untuk band jejepangannya. Well, kabarnya ia berhenti karena sesuatu alasan yang orang lain tidak mengerti. Joni pun tidak mengerti dan tidak terlalu peduli. Tokoh kedua adalah Awan, klo orang yang ini skill gitarnya cukup jauh di atas Joni, tetapi sama, orang yang satu ini pun tak pernah kelihatan manggung lagi semenjak kuliah. Tindakan Awan tersebut sempat membuat Joni terheran-heran. Joni adalah kawan satu kampus Awan, tetapi tetap saja tidak mengerti kenapa Awan berhenti mengekspresikan diri di atas panggung musik. Akhirnya muncul tokoh berikutnya, seorang kawan yang cukup meyakinkan dan membuat Joni mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan tokoh-tokoh sebelumnya.

Budi, seseorang yang mengaku dulunya anak smp yang berprofesi sebagai punkers. Budi dulu jarang mandi dan jarang pulang tetapi sering manggung dan punya banyak fans. Budi yang saat ini telah berhenti manggung. Ketika ditanya mengenai penyebab hal tersebut, Budi menjawab dengan lantang bin lancar mengapa ia berhenti memainkan musik di atas panggung perhelatan anak band. Budi bilang "Ketika kita berada di atas panggung, kemudian ada sorak sorai penonton, tepuk tangan dan berbagai pujian yang datang, maka ketika itu besar kemungkinan kita telah terhinggapi perasaan sombong. Merasa diri di atas orang lain dan tidak ada yang mampu mengalahkan. Tentu sikap seperti ini seharusnya dihindari oleh seorang muslim. Kesombongan itu hanya milik Allah dan merupakan sifat yang bisa menjerumuskan orang ke dalam neraka".

Entah darimana Budi mendapat hidayah sedahsyat itu pikir Joni. Tetapi tak terasa mata Joni berkaca-kaca. Merasa sedih memikirkan dirinya yang sering lupa kehidupan akhirat. Boro-boro mikirin akhirat, yang dia cari pada saat itu bagaimana caranya bisa lebih jago dari semua orang yang bisa main gitar. Manggung di depan mereka dan tentu saja menjadi sombong. Teringat pula kata-kata seorang kawan di SMA yang bernama Edi. Waktu itu Joni cukup sering berdebat dengan Edi. Edi selalu bilang "Musik itu abu-abu. Ada kemungkinan menjadi terlarang. Dan hal yang terlarang itu jadinya sama seperti  mencuri".  Joni pun membalas, "Ah, memang kenapa? klo mencuri kan beda, mencuri kan merugikan orang lain. Emang gw salah apa ke orang lain klo manggung?". Edi pun bilang "Bayangkan jika lw mati di atas panggung pas lagi nge-band, dan ternyata memang musik pada saat itu musik lagi kena hukumnya sebagai suatu hal yang dilarang alias lw jadinya mati dalam keadaan buruk, emang mau?".

Musik (dan manggung) secara kasat mata memang tidak terlihat merugi di dunia. Joni merasa selama ini  tidak tepat mengartikan kata rugi. Pikir Joni ada benarnya perkataan Edi dulu. Saat ini Joni merasa yang paling merugikan dari bermusik di atas panggung adalah tumbuhnya sifat sombong. Sifat yang mencegah iblis sujud hormat kepada Adam A.S. Sifat yang membuat iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api ketimbang manusia yang diciptakan dari tanah. Sifat yang juga merubah iblis dalam sekejap dari hamba Allah yang paling taat menjadi makhluk terlaknat sampai hari kiamat.

Joni akhirnya memutuskan manggung untuk (baca: siapa tahu) bisa dapat petunjuk apakah yang ia jalani itu baik atau tidak. Pencarian petunjuk pun dimulai. Salah satu hal yang cukup menyita pikirannya ialah ekspresi vokalis Band-nya ketika latihan. Entah kenapa terlihat seperti orang kerasukan (mungkin terlalu menjiwai?!) ketika bernyanyi di studio. Auranya berbeda sekali.

Waktu beraksi pun tiba. Di luar dugaan Joni, sound system panggung nya pun jelek dan tidak ada efek gitar yang disediakan oleh panitia di atas panggung. Joni pun menjadi tidak bersemangat. "Ketika gitaris tidak menggunakan efek gitar pada saat lagu cadas, ada atau tidak di atas panggung hanya berbeda tipis" pikirnya. Akhirnya aksi panggung pun menjadi biasa saja dan cenderung menjadi tidak menyenangkan bagi Joni. Selesai manggung sarung gitar Joni hilang. Joni mencari sarung gitar yang sepertinya tertukar dengan gitaris lain. Joni yang seharusnya bisa pulang lebih awal, jadi harus pulang  lebih dari pukul 23.00 karena mencari-cari sarung itu. Sulit membawa gitar listrik sambil mengendarai motor tanpa adanya keberadaan sarung gitar. Ternyata benar, sarung gitar tersebut tertukar dengan orang lain dan sudah di simpan di sebuah lab yang kuncinya sudah dibawa pulang oleh seseorang yang lain. "Melelahkan sekali malam ini, baik hati, pikiran, maupun fisik" pikir Joni.

Yap! Mungkin ini isyarat bagi Joni. Pada malam itu Joni memutuskan merehat aksi panggungnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Joni mungkin menlanjutkannya nanti, ketika (insya Allah) Allah SWT menukar keinginan manggung Joni di dunia dengan kesempatan manggung di surga milik Allah SWT. Amin.

Dari Abu Abdullah Nukman bin Basyir r.a. berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (tidak terang halal atau haramnya) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Orang yang memelihara dirinya dari perkara-perkara yang syubhat itu adalah seperti orang yang melindungi agama dan kehormatan dirinya dari kekurangan dan cela. Orang yang tergelincir ke dalam perkara syubhat itu akan tergelincir masuk ke dalam perkara haram. Laksana seorang penggembala di pinggir sebuah tempat larangan, yang akhirnya lalai dan masuk ke dalam tempat larangan itu. Setiap raja mempunyai sebuah tempat larangan, dan tempat larangan Allah itu adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah dalam setiap tubuh itu terdapat segumpal daging, jika baik, seluruh tubuh itu akan baik dan jika rusak maka seluruh tubuh itu akan rusak. Segumpal daging itu adalah hati. 
[Disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim]

Read More

Minggu, 23 Oktober 2011

Bertambah


sumber gambar : flickr.com oleh Joits

Bertambah waktu yang telah dilalui. Fiuh... Semakin sepi saja di sini. Hati teriris sedih setiap kali ada ksatria meletakan pedangnya dan menyatakan berhenti menjadi ksatria. Orang-orang yang saya kenal secara penuh berkomitmen menjadi orang baik dan mau menyebar kebaikan semakin berkurang. Langkah terasa semakin berat dan semakin harus berusaha dengan segenap semua kemampuan yang ada.
 Iblis dan komplotannya sepertinya memang telah banyak sukses membelokkan jalan hidup orang banyak. Mereka pun tak henti-hentinya menggoda saya, yah namanya juga setan, tugasnya menggoda. Mudah-mudahan pengurangan jumlah itu cuma perasaan saja. Mungkin yang terjadi adalah dunia dengan kehendak-Nya mulai menyeleksi mana yang benar-benar teruji dan benar-benar serius untuk mendapatkan kemenangan di dunia dan di akhirat. Wallahu'alam. Semoga saya yang masih banyak sekali harus dievaluasi juga pada akhirnya husnul khotimah. Amin.

Read More

Sabtu, 08 Oktober 2011

Hampir

Sumber gambar : flickr.com dibuat oleh scottythejock

Kamis, 1 September 2011. Kami sekeluarga berangkat jam 20.00 menuju Majalengka dengan dua mobil beriringan melalui jalur Cikamurang. Sampai di Subang, ada kejadian yang sulit untuk dilupakan. Pada tengah malam, salah satu mobil yang kami (sekeluarga tumpangi) mengalami hal yang luar biasa. Pada saat itu sebenarnya semua penumpang sudah tidur kecuali supir. Tetapi tiba-tiba saya yang juga sedang tidur punya feeling luar biasa gak enak.

Akhirnya mata pun terbuka lebar. Pada tikungan yang tajam, mobil Peugeot 406 melesat dengan kecepatan entah berapa (mungkin sekitar 50an Km/ Jam), berbelok ke kanan. Saya melihat cahaya datang dari arah berlawanan. Melalui kaca depan mobil saya yang duduk di belakang melihat dengan jelas dan berasa slow motion mobil keluar jalan aspal menuju arah kiri jalan. Saya cuma bisa teriak "Awas Mas Re!" (Mas Reza, supir sekaligus kakak ipar). Mobil pun memilih tempat jatuhnya, dari mulai tembok beton, rumah warga sampai akhirnya menuju pagar tanaman. Ya, sampai di sini hanya bisa pasrah. Mobil pun sepertinya melompat. Suara "ciiiit ... gusrak geduBRAK!" terdengar sangat mengerikan malam itu.

Pasir dan debu mengepul di sekeliling mobil, turun perlahan dan mengungkap tempat jatuhnya mobil. Sebuah pekarangan. Dengan hati yang terbengong-bengong bahwa diri ini masih hidup akhirnya diperintahkan pak supir keluar untuk membantu mengeluarkan mobil dari tempat jatuhnya. Ketika keluar perlahan sekeliling mobil pun ramai karena warga lokal datang. Termasuk pemilik rumah yang terbangun karena suara benturan mobil. Atas kehendak-Nya kami para penghuni mobil keluar dengan selamat tanpa ada gores sedikit pun. Justru yang khawatir ada apa-apa adalah rombongan mobil yang satu lagi (mobil kakak saya yang lainnya yang sudah melaju terlebih dahulu). Penghuni rumah pun khawatir akan penumpang mobil yang nyusruk ke pekarangannya.

Dari kejauhan datang seorang oknum petugas berwajib salah satu instansi pengatur jalan tapi entah kenapa datangnya dengan jalan santai. Bukan menanyakan apakah ada korban atau tidak, malah mempermasalahkan tentang pekarangan. "Ini gimana nih ... Mas kan merusak pekarangan orang, harus diselesain dulu lah urusan sama yang punya" kurang lebih pernyataannya seperti itu. Padahal pemilik pekarangan saja mengerti yang barusan itu kecelakaan jadi ya ga usah terlalu dipikirkan. Ini orang dateng-dateng malah bertanya seperti itu.

Absurd.

Setelah kakak ipar saya ditanya-tanya, ternyata beliau kaget karena ada gerombolan motor datang dari arah berlawanan dan salah satunya tidak menyalakan lampu. Mantep banget dah tengah malam bawa motor gak pake lampu, nyawanya banyak euy.

Kejadian ini mengingatkan kembali kepada saya bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Sesaat sebelum mobil melompat dari jalanan, saya sudah berpasrah saja, dalam hati "sepertinya ini sudah akhir ya?". Namun, ternyata perjalanan kehidupan masih berlanjut. Masih harus menyusun rencana kehidupan ke depan dan selalu mencari kesempatan merubah dunia menjadi lebih baik.

Saya akhiri cerita ini dengan Alhamdulillah
~ gak pake sesuatu, apalagi banget :D

Read More

Rabu, 21 September 2011

Tidak Baru

Sebuah blog baru dengan isi lama, hasil ekspor dari blog lama (wordpress) menjadi sebuah blog baru (blogger). Berisi postingan untuk belajar menulis bahasa Inggris yang baik dan benar. Silahkan dibaca dan mohon bantu koreksi grammar yang salah lewat komentar ya. Pintu masuknya di sebelah sini.


Read More

Senin, 05 September 2011

Musik! (2)

Sumber gambar : flickr.com oleh imaginedreality

Pernyataan yang membingungkan bagi Joni. Pernyataan yang sebenarnya biasa saja namun punya makna tersirat yang cukup dalam. Terlontar dari mulut seorang yang seringkali diacungi jempol oleh Joni,  "Musik adalah kegelapan dan Islam adalah cahaya. Kedua hal ini tidak dapat disatukan". Pikir Joni "Wah rumit nih urusan, kenapa dua hal yang saya sedang pelajari ini sebegitu berseberangan ya?!". Perjalanan untuk mencari bukti kebenaran atau pun kesalahan dari statement ini pun dimulai.

Joni tidak pernah berhenti berlatih band, manggung dan bereksperimen dengan menciptakan lagu. Selepas dari kemenangan pertama, hanya pernah menang satu kali lagi saja dan itu pun runner up. Pernah juga ditabrak ketika naik taksi pas mau manggung. Sound system bermasalah ketika giliran manggung. Dan terakhir kali sarung gitar tertukar ketika selesai manggung. Semua hal ini bisa saja dianggap sebagai sebuah ujian supaya bisa jadi pemusik sukses, tetapi bagi Joni yang waktu itu sedang mencari kebenaran ini seperti tanda-tanda akan suatu hal yang kurang berkah.

Joni adalah tipe pemikir dan perenung. Dia sering sekali berbicara dengan dirinya sendiri tentang hal yang ia lakukan. Benar atau tidaknya, adakah yang bisa diperbaiki dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Termasuk setiap kali selesai manggung, ia selalu melihat di sekitarnya. Pergaulan orang-orang yang aktif nge-band, orang yang menonton aktivitas band tersebut dan mencoba menarik kesimpulan fenomena apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia selalu berpikir seperti layaknya pengamat sepak bola, terdiam di pojok sementara yang lain larut dalam suasana senang-senang di sekitarnya.

Ketika itu Joni merasa tidak ada hal baik yang ia dapat dalam bermusik selain menghibur hati, sisanya yang ia dapati adalah banyaknya orang-orang yang menjadi lalai karena musik, berfoya-foya dengan waktu luang dan lebih parah lagi mempromosikan dan menebarkan berbagai hal yang sebenarnya abu-abu dalam Islam bahkan cenderung gelap atau bertentangan dengan Islam. Joni sama sekali tidak memungkiri bahwa musik salah satu jalan mengasah kreatifitas, kelincahan berpikir, memupuk kekompakan, mengatur mood dan sudah menjadi kepalang hobi bagi dirinya. Hanya saja ternyata jalan ini banyak bersinggungan dengan banyak impian Joni lainnya (musik juga salah satu impiannya juga sih).

Sebuah keputusan harus diambil. Lanjut terus atau apa?! Dulu Joni bahkan sempat bercita-cita mencari uang dari musik, dari kafe ke kafe, tetapi hati kecilnya berbicara dengan nada berbeda dan benar-benar berada pada standing point yang berlawanan. Hingga akhirnya Joni menemukan kawan-kawan yang merasakan hal yang sama dan memiliki pemikiran, ide dan alasan terkait dengan langkah selanjutnya yang harus diambil oleh Joni. (bersambung lagi ...)

Read More

Saya?!

Foto saya
Dipanggil Fajar. Sampai saat ini masih yakin terlahir untuk menjadi pemenang, walaupun saat ini saya masih amat jauh dari pribadi dan pengetahuan seorang pemenang. Saya harus terus belajar hingga benar - benar menjadi pemenang di dunia dan di akhirat bersama pemenang-pemenang lainnya. Alhamdulillah saat ini saya telah lulus dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Cita - cita : Menjadi seorang pemilik perusahaan IT Indonesia yang disegani di seluruh dunia, dan menjadi orang super kaya sehingga mampu membantu sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia! Hal ini tak akan bisa terwujud tanpa doa, dukungan dan kerja keras. Untuk itu mohon doanya juga dari para pembaca :D

Fajar's Personality

Click to view my Personality Profile page