Tampilkan postingan dengan label Introspeksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Introspeksi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Juni 2013

Berdiam?

Satu hal yang beberapa kali terjadi dalam kehidupan saya. Masalah kesehatan di pertengahan tahun. Klo kata ustadz, sakit itu tanda sayang Allah kepada hamba-Nya, diberikan fasilitas menggugurkan dosa. Ya,  saya memang sedang banyak dosa. Saya pun menjadi Pengajar Muda pertama kabupaten Majene yang  durasi sakitnya cukup lama. Rasanya hati berat mengikhlaskan untuk mendapatkan status sakit dan harus pulang, karena banyak kerja yang harus ditinggalkan sementara. Tentu saja yang paling berat bagi Pengajar Muda adalah meninggalkan anak-anak didiknya.

Satu minggu sudah saya di kota kelahiran saya, Depok. Enam setengah bulan di daerah terpencil membuat mata saya benar-benar terbuka. What an egoistic people was i am. Kita makhluk kota. Hidup dengan segala ketersediaan yang ada. Bekerja untuk diri sendiri, menghabiskan air bersih yang sebenarnya hanya berjumlah 3% dari seluruh air yang ada di Bumi, menghabiskan energi listrik setiap harinya untuk berbagai keperluan termasuk bermain games di berbagai platform, mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lengkap, dan menikmati keterbukaan informasi lewat berbagai media yang ada. Sementara di seberang pulau sana? Saya tidak menyalahkan kondisi ini dinikmati oleh orang-orang kota. Tetapi yang jadi pertanyaan, apakah kita sebagai entitas terdidik tidak bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat di desa-desa terutama desa terpencil? Atau setidaknya membangun daerah-daerah "tertinggal" di pinggiran kota kita?

Jika berbicara tentang gerakan Indonesia Mengajar (IM), tentu merupakan salah satu gerakan yang "berbuat sesuatu" diantara gerakan-gerakan lain dari kelompok-kelompok lain. Saya gembira dan tidak terlalu peduli masalah ketulusan individu ataupun kelompok yang menjalani hal ini, setidaknya setiap kelompok yang bergerak di bidang wirausaha sosial ini sudah bergerak. Saya pribadi pun mengenal keluarga besar IM sebagai sekelompok orang yang melakukan tugas sosial super manusiawi dengan sangat profesional selayaknya korporasi besar yang sedang mengejar untung besar. IM tidak berniat menyelesaikan semua masalah pendidikan, tetapi IM mencoba mengambil tantangan yang tersulit untuk diselesaikan. Kerja sendiri? tidak, prinsip kerjanya adalah menggerakan aktor lokal di daerah sasaran. IM menjadi salah satu indikator bahwa negara ini masih punya harapan. Gerakan ini pun melahirkan gerakan-gerakan komplemen atau duplikat lainnya semisal Indonesia Menyala, SM3T, Anak Sabang Merauke, Pencerah Nusantara, dan gerakan sosial lain yang belum saya tahu tentunya.

Berbicara tentang harapan, tentu saja harapannya sangat besar. Saya mengenal hal-hal super lainnya semisal wirausaha jilbab yang memberdayakan para mantan penderita kusta sebagai salah satu contoh wirausaha sosial, ada berbagai lembaga amil zakat (semisal rumah zakat) yang bergerak menghimpun dan menyalurkan dana umat, berbagai lembaga yang bergerak di bidang peningkatan kualitas SDM dan pendidikan karakter, keberadaan partai dakwah di tengah-tengah kehidupan politik yang belum dewasa, dan berbagai fenomena yang menyebarkan atmosfir perubahan positif. Tentu ini sangat menggembirakan, rugi rasanya jika hidup hanya untuk sendiri dan melewatkan kesempatan berbahagia karena telah membuat orang lain menjadi bahagia. Masih mau berdiam?

Read More

Selasa, 10 April 2012

Ikan, Laron dan Semut

Sumber gambar : flickr.com

Kali ini saya akan menulis sebuah lirik lagu nasyid yang inspiratif. Judulnya "Ikan, Laron dan Semut" ciptaan grup Nasyid "Fatih". Pemenang Festival Nasyid Indonesia tahun 2005 klo gak salah. 
Lagunya ada di sini.

Berikut liriknya:
*)
Aku senang, aku senang
Tapi bingung, aku bingung
Aku senang, aku senang
Tapi heran, aku heran..

Dan akupun bertanya..
Pada semua ikan di kolam
Tiadakah kau bosan, disitu...
Dan diapun menjawab,tiada bosan
Walau berada di tempat sekecil ini
Karena ku di sini, setiap hari, bersama Tuhanku

Dan akupun bertanya..
Pada laron-laron berterbangan
Kenapa kau hidup semalam...
Dan Iapun menjawab,Tiada tersiap..
Walau hanya semalam aku hidup di dunia
Karna dalam semalam..
aku hidup, Ku sebut Tuhanku...
back to *)

Dan akupun bertanya..
Pada semut-semut di sarangnya..
Tidakkah kau merasa lelah bekerja...
Dan Dia pun menjawab, Tiada lelah..
Walau sepanjang hidup aku terus bekerja,
Karna setiap saat dalam bekerja, bersama Tuhanku..

Dan ikanpun menjawab,tiada bosan
Walau berada di tempat sekecil ini
Karena ku di sini, setiap hari, bersama Tuhanku

Dan laronpun menjawab,Tiada tersiap..
Walau hanya semalam aku hidup di dunia
Karna dalam semalam,aku hidup, Ku sebut Tuhanku...

Dan semutpun menjawab, Tiada lelah..
Walau sepanjang hidup aku terus bekerja,
Karna setiap saat, dalam bekerja, bersama Tuhanku..

Dan aku bertanya, pada jiwaku
Sejauh apa...hidup tanpa Tuhanmu
Dan aku bertanya, pada hatiku
Sedalam (selama) apa...hidup tanpa Tuhanmu
Dan aku bertanya, pada diriku
Sekeras apa... kerja tanpa Tuhanmu (3x)

(Ikan, Laron dan Semut –by: FATIH)
Sumber lirik : http://liriknasyid.com/index.php/lirik/detail/2898/fatih-ikan-laron-dan-semut.html

Tuhanmu di lagu ini tafsiran saya, Tuhan sang munsyid (penyanyi) juga, Allah SWT. Menggunakan kata "Tuhanmu" untuk menggambarkan kondisi bahwa sang munsyid sedang jauh dari Allah SWT. Begitulah setiap makhluk di alam semesta ini berdzikir kepada Allah SWT, hanya saja kita tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan untuk berdzikir.


"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."
(QS. Al Israa : 44)


Read More

Kamis, 22 Maret 2012

Maret April

Sumber gambar : (flickr.com) 
"It was one of those March days when the sun shines hot and the wind blows cold: 
when it is summer in the light, and winter in the shade."
-Charles Dickens


Sebenarnya pada dua bulan ini terdapat agenda-agenda krusial terkait dengan melanjutkan studi di luar negara Indonesia. Namun ada beberapa tantangan tambahan yang agaknya menghambat dan berusaha menghentikan rencana-rencana di dua bulan ini. Tantangan non teknis. Namun, (lagi-lagi namun) masih ada cerita-cerita lain baik di blog-blog manusia lain maupun cerita di lisan pada kehidupan orang lain yang ternyata tantangannya lebih berat dari yang saya hadapi.

Beberapa hal non profit dunia (tapi insya Allah profit di akhirat) juga harus dikerjakan. Kira-kira dua minggu lagi pemuda dan remaja masjid dekat rumah akan mengadakan TPA (Taman Pendidikan Al-Quran). Kebetulan saya juga terlibat sebagai "mandor gabut", cuma datang pas rapat di week end minta tolong sana-sini trus di week days saya sibuk sendiri di lab. Cuma bisa bantu mikir dan bantu publikasi, itu juga belum maksimal. Nah, jika ada pemirsa (baca: pembaca) yang tertarik berkontribusi bilang ya.

Banyak ide dan rencana baik yang ingin diwujudkan, tentu saja kita cuma bisa berusaha dan berdoa semoga keajaiban yang berbau keberhasilan terjadi. Hal yang terpenting jangan sampai kita berputus asa terhadap rahmat Allah SWT, karena ternyata hal itu (berputus asa) termasuk dosa besar lho (disejajarkan dengan dosa kufur)!

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir".
(QS : Yusuf : 87)

Read More

Sabtu, 24 Desember 2011

Musik! (3)


Source: flickr.com original file by dannywartnaby

"Keinginan untuk berislam secara sempurna adalah rahmat dari Allah yang lebih berharga dari bumi, langit dan seisinya"
- Pak Iskandar, Seseorang yang lumayan misterius

Berada dalam dunia musik selama 5 tahun terakhir membuat Joni yang pada saat itu cenderung introvert banyak berpikir dan berdiskusi dengan pikirannya sendiri. Berdebat sendiri tidak akan mengasilkan apa-apa. Akhirnya Joni pun mulai mengamati beberapa tokoh di sekitarnya yang "kebetulan" mengalami hal yang sama.

Di sekitar Joni terdapat banyak tokoh yang unik. Tokoh-tokoh seperti ini jarang ada di novel anak muda jaman sekarang, apalagi di sinetron. Standar kebenaran yang mereka gunakan berbeda dengan kebanyakan anak muda pada saat itu. Hal yang benar dan boleh dilakukan biasanya bagi anak smp dan sma adalah hal yang dilakukan oleh teman-teman sekolah mereka. Tetapi bagi karakter-karakter unik ini, kebenaran itu bukanlah sesuatu yang datang dari pendapat orang-orang di sekitar mereka. Bukan pula dari televisi. Kebenaran juga tak selalu datang dari hati ataupun logika otak manusia. Kebenaran itu, datang langsung dari Allah SWT Sang Pemilik dan Pencipta Alam Semesta. Pesan kebenaran tersebut dikirimkan melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya yang terakhir, penyempurna risalah utusan-utusan sebelumnya.

Tokoh pertama adalah Rido, anak band jejepangan (istilah untuk anak muda yang menggandrungi musik ala jepang) tiba-tiba saja berhenti dari aktivitas ngebandnya pada saat SMA. Sebenarnya Joni juga tidak tahu bahkan tidak kenal (tidak ingat) tentang si Rido dan bahwasanya Rido satu SMP dengannya dulu. Ia baru tahu hal itu dan adanya fenomena Rido berhenti jejepangan di atas panggung ketika sedang mencari gitaris untuk band jejepangannya. Well, kabarnya ia berhenti karena sesuatu alasan yang orang lain tidak mengerti. Joni pun tidak mengerti dan tidak terlalu peduli. Tokoh kedua adalah Awan, klo orang yang ini skill gitarnya cukup jauh di atas Joni, tetapi sama, orang yang satu ini pun tak pernah kelihatan manggung lagi semenjak kuliah. Tindakan Awan tersebut sempat membuat Joni terheran-heran. Joni adalah kawan satu kampus Awan, tetapi tetap saja tidak mengerti kenapa Awan berhenti mengekspresikan diri di atas panggung musik. Akhirnya muncul tokoh berikutnya, seorang kawan yang cukup meyakinkan dan membuat Joni mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan tokoh-tokoh sebelumnya.

Budi, seseorang yang mengaku dulunya anak smp yang berprofesi sebagai punkers. Budi dulu jarang mandi dan jarang pulang tetapi sering manggung dan punya banyak fans. Budi yang saat ini telah berhenti manggung. Ketika ditanya mengenai penyebab hal tersebut, Budi menjawab dengan lantang bin lancar mengapa ia berhenti memainkan musik di atas panggung perhelatan anak band. Budi bilang "Ketika kita berada di atas panggung, kemudian ada sorak sorai penonton, tepuk tangan dan berbagai pujian yang datang, maka ketika itu besar kemungkinan kita telah terhinggapi perasaan sombong. Merasa diri di atas orang lain dan tidak ada yang mampu mengalahkan. Tentu sikap seperti ini seharusnya dihindari oleh seorang muslim. Kesombongan itu hanya milik Allah dan merupakan sifat yang bisa menjerumuskan orang ke dalam neraka".

Entah darimana Budi mendapat hidayah sedahsyat itu pikir Joni. Tetapi tak terasa mata Joni berkaca-kaca. Merasa sedih memikirkan dirinya yang sering lupa kehidupan akhirat. Boro-boro mikirin akhirat, yang dia cari pada saat itu bagaimana caranya bisa lebih jago dari semua orang yang bisa main gitar. Manggung di depan mereka dan tentu saja menjadi sombong. Teringat pula kata-kata seorang kawan di SMA yang bernama Edi. Waktu itu Joni cukup sering berdebat dengan Edi. Edi selalu bilang "Musik itu abu-abu. Ada kemungkinan menjadi terlarang. Dan hal yang terlarang itu jadinya sama seperti  mencuri".  Joni pun membalas, "Ah, memang kenapa? klo mencuri kan beda, mencuri kan merugikan orang lain. Emang gw salah apa ke orang lain klo manggung?". Edi pun bilang "Bayangkan jika lw mati di atas panggung pas lagi nge-band, dan ternyata memang musik pada saat itu musik lagi kena hukumnya sebagai suatu hal yang dilarang alias lw jadinya mati dalam keadaan buruk, emang mau?".

Musik (dan manggung) secara kasat mata memang tidak terlihat merugi di dunia. Joni merasa selama ini  tidak tepat mengartikan kata rugi. Pikir Joni ada benarnya perkataan Edi dulu. Saat ini Joni merasa yang paling merugikan dari bermusik di atas panggung adalah tumbuhnya sifat sombong. Sifat yang mencegah iblis sujud hormat kepada Adam A.S. Sifat yang membuat iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api ketimbang manusia yang diciptakan dari tanah. Sifat yang juga merubah iblis dalam sekejap dari hamba Allah yang paling taat menjadi makhluk terlaknat sampai hari kiamat.

Joni akhirnya memutuskan manggung untuk (baca: siapa tahu) bisa dapat petunjuk apakah yang ia jalani itu baik atau tidak. Pencarian petunjuk pun dimulai. Salah satu hal yang cukup menyita pikirannya ialah ekspresi vokalis Band-nya ketika latihan. Entah kenapa terlihat seperti orang kerasukan (mungkin terlalu menjiwai?!) ketika bernyanyi di studio. Auranya berbeda sekali.

Waktu beraksi pun tiba. Di luar dugaan Joni, sound system panggung nya pun jelek dan tidak ada efek gitar yang disediakan oleh panitia di atas panggung. Joni pun menjadi tidak bersemangat. "Ketika gitaris tidak menggunakan efek gitar pada saat lagu cadas, ada atau tidak di atas panggung hanya berbeda tipis" pikirnya. Akhirnya aksi panggung pun menjadi biasa saja dan cenderung menjadi tidak menyenangkan bagi Joni. Selesai manggung sarung gitar Joni hilang. Joni mencari sarung gitar yang sepertinya tertukar dengan gitaris lain. Joni yang seharusnya bisa pulang lebih awal, jadi harus pulang  lebih dari pukul 23.00 karena mencari-cari sarung itu. Sulit membawa gitar listrik sambil mengendarai motor tanpa adanya keberadaan sarung gitar. Ternyata benar, sarung gitar tersebut tertukar dengan orang lain dan sudah di simpan di sebuah lab yang kuncinya sudah dibawa pulang oleh seseorang yang lain. "Melelahkan sekali malam ini, baik hati, pikiran, maupun fisik" pikir Joni.

Yap! Mungkin ini isyarat bagi Joni. Pada malam itu Joni memutuskan merehat aksi panggungnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Joni mungkin menlanjutkannya nanti, ketika (insya Allah) Allah SWT menukar keinginan manggung Joni di dunia dengan kesempatan manggung di surga milik Allah SWT. Amin.

Dari Abu Abdullah Nukman bin Basyir r.a. berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (tidak terang halal atau haramnya) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Orang yang memelihara dirinya dari perkara-perkara yang syubhat itu adalah seperti orang yang melindungi agama dan kehormatan dirinya dari kekurangan dan cela. Orang yang tergelincir ke dalam perkara syubhat itu akan tergelincir masuk ke dalam perkara haram. Laksana seorang penggembala di pinggir sebuah tempat larangan, yang akhirnya lalai dan masuk ke dalam tempat larangan itu. Setiap raja mempunyai sebuah tempat larangan, dan tempat larangan Allah itu adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah dalam setiap tubuh itu terdapat segumpal daging, jika baik, seluruh tubuh itu akan baik dan jika rusak maka seluruh tubuh itu akan rusak. Segumpal daging itu adalah hati. 
[Disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim]

Read More

Senin, 05 September 2011

Musik! (2)

Sumber gambar : flickr.com oleh imaginedreality

Pernyataan yang membingungkan bagi Joni. Pernyataan yang sebenarnya biasa saja namun punya makna tersirat yang cukup dalam. Terlontar dari mulut seorang yang seringkali diacungi jempol oleh Joni,  "Musik adalah kegelapan dan Islam adalah cahaya. Kedua hal ini tidak dapat disatukan". Pikir Joni "Wah rumit nih urusan, kenapa dua hal yang saya sedang pelajari ini sebegitu berseberangan ya?!". Perjalanan untuk mencari bukti kebenaran atau pun kesalahan dari statement ini pun dimulai.

Joni tidak pernah berhenti berlatih band, manggung dan bereksperimen dengan menciptakan lagu. Selepas dari kemenangan pertama, hanya pernah menang satu kali lagi saja dan itu pun runner up. Pernah juga ditabrak ketika naik taksi pas mau manggung. Sound system bermasalah ketika giliran manggung. Dan terakhir kali sarung gitar tertukar ketika selesai manggung. Semua hal ini bisa saja dianggap sebagai sebuah ujian supaya bisa jadi pemusik sukses, tetapi bagi Joni yang waktu itu sedang mencari kebenaran ini seperti tanda-tanda akan suatu hal yang kurang berkah.

Joni adalah tipe pemikir dan perenung. Dia sering sekali berbicara dengan dirinya sendiri tentang hal yang ia lakukan. Benar atau tidaknya, adakah yang bisa diperbaiki dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Termasuk setiap kali selesai manggung, ia selalu melihat di sekitarnya. Pergaulan orang-orang yang aktif nge-band, orang yang menonton aktivitas band tersebut dan mencoba menarik kesimpulan fenomena apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia selalu berpikir seperti layaknya pengamat sepak bola, terdiam di pojok sementara yang lain larut dalam suasana senang-senang di sekitarnya.

Ketika itu Joni merasa tidak ada hal baik yang ia dapat dalam bermusik selain menghibur hati, sisanya yang ia dapati adalah banyaknya orang-orang yang menjadi lalai karena musik, berfoya-foya dengan waktu luang dan lebih parah lagi mempromosikan dan menebarkan berbagai hal yang sebenarnya abu-abu dalam Islam bahkan cenderung gelap atau bertentangan dengan Islam. Joni sama sekali tidak memungkiri bahwa musik salah satu jalan mengasah kreatifitas, kelincahan berpikir, memupuk kekompakan, mengatur mood dan sudah menjadi kepalang hobi bagi dirinya. Hanya saja ternyata jalan ini banyak bersinggungan dengan banyak impian Joni lainnya (musik juga salah satu impiannya juga sih).

Sebuah keputusan harus diambil. Lanjut terus atau apa?! Dulu Joni bahkan sempat bercita-cita mencari uang dari musik, dari kafe ke kafe, tetapi hati kecilnya berbicara dengan nada berbeda dan benar-benar berada pada standing point yang berlawanan. Hingga akhirnya Joni menemukan kawan-kawan yang merasakan hal yang sama dan memiliki pemikiran, ide dan alasan terkait dengan langkah selanjutnya yang harus diambil oleh Joni. (bersambung lagi ...)

Read More

Rabu, 20 Juli 2011

Musik!


Katakanlah (Muhammad),"Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat agar kamu beruntung" (QS. Al-Maidah 5:10)

Sebut saja Joni, seorang anak SMA biasa dan tidak memiliki sesuatu yang spesial. Joni memiliki sebuah hobi yang sudah dianggap biasa bagi para remaja seumurannya pada saat itu, bermain gitar. Sebelum masuk SMA, Joni bersekolah di SMP yang cukup difavoritkan. Pada saat kelas 3 SMP, kelas yang Joni tempati adalah kelas yang dipenuhi dengan anak laki-laki yang (minimal) bisa bermain gitar atau cukup memukau ketika memainkan alat musik bersenar enam ini. Joni sebenarnya sudah belajar memainkan gitar sejak kelas 2 SMP dan dia semakin banyak belajar dari kawan-kawannya ketika kelas 3 SMP. 

Permainan Joni pun terus berkembang, teman-teman di dekat rumahnya selalu mengajaknya latihan di studio musik. Joni selalu ikut walaupun sebenarnya Joni tidak tertarik dengan lagu-lagu yang pada saat itu dibawakan oleh mereka. Joni tidak pernah mendengarkan lagu-lagu pop pada saat itu karena kebanyakan lagu-lagunya hanya membicarakan atau malah mendewakan cinta. Lagu-lagu yang ada cenderung melalaikan seseorang dan amat sangat mempengaruhi orang untuk dekat dengan zina. Memang bukan zina tetapi dekat dengat zina. Kebetulan Joni selalu berada di posisi (anak guru di SMP) dimana dia tidak mungkin berbuat bandel. Ternyata kebetulan ini selaras dengan perintah Sang Pencipta kepada hamba-Nya.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesunggunhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al Isra 32)

Pacaran mungkin bukan Zina (pendapat sebagian orang), tetapi bagi Joni perilaku orang-orang di sekitarnya yang berpacaran pada saat itu (SMP) menggambarkan perilaku orang yang mendekati zina. Dia berpikir tanpa pacaran saja hati terkadang mendekati zina. Tanpa pacaran pun dosa-dosa ia yang lainnya sebagai remaja labil sudah terlalu banyak dan cukup untuk mengirimnya ke neraka kelak ketika ia mati (jika tidak sering-sering bertaubat).

Namun kehidupan seorang pemain Band akhirnya memaksa Joni membawakan lagu-lagu yang bertemakan cinta. Joni tak pernah mendengarkan sebelumnya lagu-lagu (bertemakan cinta) yang ia bawakan, tetapi pada akhirnya ia bisa menebak setiap chord yang akan dimainkan (apalagi lagu pop yang punya kecenderungan menggunakan irama yang itu-itu saja).

Waktu pun berlalu, Joni sudah SMA, kawan-kawannya yang lebih pandai bermusik dari Joni tidak satu SMA dengan Joni. Akibatnya sedikit demi sedikit bakatnya yang pas-pasan pun terekspos. Kelas X Joni dan kawan-kawannya mendapatkan best performance alias juara 1 ketika ada pentas seni di sekolahnya. Tak diduga, kelompok band yang pada saat itu tidak membawakan lagu pop (membawakan lagu ondel-ondel dan original soundtrack salah satu serial kartun Jepang) bisa menang. 

Pada saat SMA Joni selalu berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit dalam hal ketaatan beragama. Hal ini terjadi karena ia banyak menemukan sosok teladan di sekitarnya. Joni dihujani dengan sosok-sosok yang memaknai Islam sebagai pedoman dalam kehidupan bukan sekedar amal tanpa jiwa, tetapi taat dengan berusaha paham sepenuhnya. Saat itu Joni mulai paham dunia ini adalah ladang amal, dan hanya sementara kehidupan setelah matilah yang merupakan kehidupan sesungguhnya dan saat untuk memanen apa-apa saja yang telah dikerjakan di dunia. 

Tidaklah dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau, dan negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, tidakkah kamu mengerti? (QS. Al-An'am 6 : 32)

Kembali ke kehidupan musik Joni. Kemenangan yang dicapai Joni akhirnya membuat ia semakin sering bermain gitar dan ngeband dengan teman-temannya sampai suatu ketika ada momen yang membuat ia bimbang. Seorang tokoh yang menjadi panutannya dalam hal keteladanan dalam berislam mengeluarkan pernyataan kontroversial bagi Joni. (bersambung ...)

Read More

Minggu, 24 Oktober 2010

Jawaban


Sebuah negeri di abad 21, kaya akan harta karun alam yang tersimpan di dalam balutan lapis bumi dan megahnya perairan. Ikan-ikan beragam warna dan bentuk tersebar di lautan dan mengelilingi ribuan pulau yang tersebar pula dari timur ke barat. Tanah yang terhampar seolah selalu bisa ditumbuhi oleh berbagai tanaman. Udara yang senantiasa segar karena pepohonan rimbun masih riuh berkumpul. Negeri yang layaknya surga dunia telah menjadi tanah yang kita pijak, tetapi sampai hari ini para penduduk negeri masih terpuruk dalam kebobrokan moral dan kesejahteraan.

Tak ada yang salah dengan kemerdekaan negeri ini. Negeri ini jelas telah merdeka. Namun kemerdekaan nampaknya hanya pada fisik semata, hati penduduknya belum merdeka. Penduduk negeri ini seringkali terkurung dalam ego pribadi, ego ingin berada pada wilayah aman, nyaman dan tentram. Ingin menikmati hidup tanpa harus bersinggungan dengan baris terdepan yang senantiasa mewujudkan mimpinya untuk merubah negeri ini lebih baik lagi. Jangan sampai rasa ingin berkontribusi dikalahkan oleh rasa lelah. Karena sebenarnya kontribusi yang kita berikan adalah ekspresi dari rasa syukur.

Rasa syukur yang kita ekspresikan dalam ibadah harian sebenarnya belumlah cukup. Hal yang telah kita dapat sangat jauh lebih banyak dari yang telah kita syukuri. Komponen badan yang utuh, kehidupan yang bercukupan ditambah bisa menjalani kuliah yang banyak orang lain belum mendapatkannya. Bahkan untuk belajar saja masih ada generasi negeri ini yang harus bolak-balik bawa bambu runcing atau parang dari rumah ke sekolah untuk menghindari kejaran babi hutan (dikutip dari cerita nyata pengajar program Indonesia Mengajar). Bukankah kita tidak dikejar-kejar binantang buas saat ke kampus ataupun ke sekolah? bukankah begitu banyak kemudahan yang kita alami selama kita menjadi mahasiswa ataupun siswa?

Implementasikan rasa syukur dengan gerakan dan perbuatan positif di masyarakat adalah salah satu wujud nyata kita mencoba menutupi kekurangan diri kita dalam mensyukuri kehidupan. Waktu yang telah di habiskan dan perasaan telah banyak berkontribusi bukanlah alasan untuk menjadi orang-orang yang mundur teratur dari barisan perubahan. Muda dan karya adalah dua kata yang tak dapat dipisahkan. Berkarya sebelum kekuatan dan kesempatan yang kita miliki diambil oleh yang Maha Kuasa. Kegagalan yang kita alami bukanlah alasan, melainkan pelajaran yang seharusnya bisa menjadi bara yang menggeliatkan kembali diri kita untuk tetap maju memegang tongkat estafet perubahan.

Tulisan ini adalah jawaban dari sebuah pertanyaan kepada diri sendiri yang pernah terbesit di dalam kepala, "Sebenarnya apa yang diri mu cari di dunia?" maka jawabannya adalah "memberi sebanyak-banyaknya kepada orang di sekitar kita dengan segala harta dan jiwa untuk beribadah dan bersyukur kepada Yang Maha Pencipta". Mudah-mudahan niat kita tetap seperti ini hingga ajal menjemput. Yakinlah, Allah SWT tidak akan membiarkan sebesar atom perbuatan pun luput dari balasan-Nya, termasuk hal baik dan hal buruk yang telah kita lakukan.

Wallahu a'lam.

Read More

Kamis, 09 Juli 2009

Tenggelam atau Menyelam?

sumber gambar: http://www.flickr.com/

Salim A. Fillah dalam bukunya "Jalan Cinta Para Pejuang" menganalogikan hidup ini seperti orang yang berada di lautan. Tulisan saya di postingan ini mencoba me-reka ulang analogi tersebut, tapi tidak persis seperti yang ada di buku beliau, sedikit dirubah, dikurangi, ditambahkan, dibumbui sesuai kebutuhan, silahkan disimak.

Seorang penyelam dengan peralatan selam lengkap yang juga berkualitas nomor 1, berada di bawah permukaan laut. Orang tersebut melihat seorang penyelam lain yang hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong ketika menyelam, padahal saat itu mereka berada pada kedalaman 10 meter di bawah permukaan laut. Lalu dalam pikirnya "Wah hebat sekali ada orang yang menyelam tanpa menggunakan peralatan lengkap seperti saya".
Sesaat kemudian, perhatian penyelam mau tak mau tertuju pada keindahan pesona fauna di lautan. Ikan-ikan dengan warna-warni yang indah berkeliaran ke sana ke mari. Ikan-ikan tersebut berenang layaknya lukisan hidup di atas kanvas biru. Setelah beberapa menit terpukau dengan pesona lautan di kedalaman 10 meter, sang penyelam pun kembali turun lebih dalam menuju ke kedalaman 20 meter.
Sang penyelam lagi-lagi terkejut, karena di kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut ia kembali bertemu dengan penyelam kaos oblong. "Subhanallah, ternyata orang itu sudah sampai di sini" serunya dalam hati. Lagi-lagi perhatian sang penyelam teralihkan ke suasana lautan yang semakin indah, ikan-ikan kecil bergerombol untuk berenang, membentuk formasi tanpa bertabrakan. Juga ubur-ubur yang berenang seperti balon ulang tahun yang ditempeli dengan tali kembang kempis terbang menjauhi sang Penyelam.
Perjalanan pun dilanjutkan, sang penyelam menyelam lebih dalam lagi, kali ini kedalaman 30 meter. Suasana lautan gelap dan mulai terlihat ikan-ikan yang menyala-nyala, juga ditemukan banyak tumbuhan lautan, coral, dan tanaman-tanaman lautan lainnya yang pesonanya tak kalah indah dengan ikan-ikan disekitarnya. Sang penyelam pun kaget, ternyata penyelam kaos oblong telah sampai ke kedalaman 30 meter juga!
Lalu ia pun menyatakan kekagumannya dengan memberikan kode jempol dua. Namun ternyata penyelam kaos oblong itu membalasnya dengan kode SOS. Ia tenggelam!

Hikmah luar biasa ternyata terkandung dalam kisah di atas. Salah satunya, "Sudahkah kita mempersiapkan peralatan terbaik dalam mengarungi dunia ini?". Keimanan, Akhlak yang Baik, Ibadah yang Benar, adalah salah tiga dari banyak hal yang harus kita persiapkan untuk menjadi peralatan atau bekal kita mengarungi dunia. Melanggar perintah agama jauh lebih mudah ketimbang menjalankannya, godaan dunia pun tak kunjung usai menerpa, harta, tahta, wanita.
Seperti KPK yang ribut sendiri sama ketua non-aktifnya yang juga melibatkan aparat kepolisian. Mereka seharusnya saling bahu membahu memberantas para penyelam kaos oblong. Para penyelam kaos oblong yang seringkali dikira orang penyelam profesional. Rumah mentereng, mobil seharga milyaran dan banyak hal lainnya yang mereka miliki saat ini membuat mereka seolah-olah menjadi para penyelam sukses.
Padahal para penyelam kaos oblong sedang tenggelam di dunia, terpesona oleh "ikan" harta dan "ubur-ubur" kekuasaan. Akibatnya mereka mencari cara apapun untuk mendapatkan semua hal itu, hal ini disebabkan sebelumnya mereka tidak mempersiapkan "perkakas" iman dengan kualitas jempolan untuk digunakan seraya menyelam. Meraka malah hanya bermodal kaos oblong dan celana pendek untuk mengarungi "lautan" dunia yang luas dan dalam ini.
Kita saat ini bukan tidak mungkin sedang tenggelam di dunia dan mengira diri kita seorang yang sedang menyelam dengan handal dan penuh persiapan. Tak ada salahnya kembali mempersiapkan diri sebelum kembali menyelam, selagi libur (untuk yang kuliah di UI) serta selagi "toko baju selam" Ramadhan akan kembali membekali kita menjadi insan yang lebih siap menghadapi pesona indahnya "lautan" dunia.
Tertarik membaca bukunya? silahkan hubungi toko buku terdekat atau teman terdekat yang rajin baca buku dan suka meminjamkan buku. Masih banyak nasihat atau tausiyah lain di buku bertajuk "Jalan Cinta Para Pejuang" ini yang menunggu untuk dibaca dan diambil hikmahnya. Semoga bermanfaat.

nb: Untuk mas Salim klo sempat membaca postingan ini, mohon ijin untuk me-reka ulang cerita di atas :D


Read More

Saya?!

Foto saya
Dipanggil Fajar. Sampai saat ini masih yakin terlahir untuk menjadi pemenang, walaupun saat ini saya masih amat jauh dari pribadi dan pengetahuan seorang pemenang. Saya harus terus belajar hingga benar - benar menjadi pemenang di dunia dan di akhirat bersama pemenang-pemenang lainnya. Alhamdulillah saat ini saya telah lulus dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Cita - cita : Menjadi seorang pemilik perusahaan IT Indonesia yang disegani di seluruh dunia, dan menjadi orang super kaya sehingga mampu membantu sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia! Hal ini tak akan bisa terwujud tanpa doa, dukungan dan kerja keras. Untuk itu mohon doanya juga dari para pembaca :D

Fajar's Personality

Click to view my Personality Profile page