Jumat, 11 Oktober 2013
Baik
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
15.12
1 komentar
Insinyur
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
15.01
1 komentar
Kategori : Nasihat, Orasi Tertulis, Tausiyah
Kamis, 05 April 2012
Takjub
atas apa yang tak dilakukannya,
atas hal yang bukan miliknya,
dengan menyalahkan kawan,
dengan menghinakan sesama,
aku takjub pada diriku sendiri"
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
06.45
0
komentar
Kamis, 22 Maret 2012
Maret April
![]() |
Sumber gambar : (flickr.com) |
-Charles Dickens
(QS : Yusuf : 87)
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
21.15
4
komentar
Kategori : Introspeksi, My Life, Tausiyah
Sabtu, 24 Desember 2011
Musik! (3)
Source: flickr.com original file by dannywartnaby
"Keinginan untuk berislam secara sempurna adalah rahmat dari Allah yang lebih berharga dari bumi, langit dan seisinya"
- Pak Iskandar, Seseorang yang lumayan misterius
Tokoh pertama adalah Rido, anak band jejepangan (istilah untuk anak muda yang menggandrungi musik ala jepang) tiba-tiba saja berhenti dari aktivitas ngebandnya pada saat SMA. Sebenarnya Joni juga tidak tahu bahkan tidak kenal (tidak ingat) tentang si Rido dan bahwasanya Rido satu SMP dengannya dulu. Ia baru tahu hal itu dan adanya fenomena Rido berhenti jejepangan di atas panggung ketika sedang mencari gitaris untuk band jejepangannya. Well, kabarnya ia berhenti karena sesuatu alasan yang orang lain tidak mengerti. Joni pun tidak mengerti dan tidak terlalu peduli. Tokoh kedua adalah Awan, klo orang yang ini skill gitarnya cukup jauh di atas Joni, tetapi sama, orang yang satu ini pun tak pernah kelihatan manggung lagi semenjak kuliah. Tindakan Awan tersebut sempat membuat Joni terheran-heran. Joni adalah kawan satu kampus Awan, tetapi tetap saja tidak mengerti kenapa Awan berhenti mengekspresikan diri di atas panggung musik. Akhirnya muncul tokoh berikutnya, seorang kawan yang cukup meyakinkan dan membuat Joni mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan tokoh-tokoh sebelumnya.
Budi, seseorang yang mengaku dulunya anak smp yang berprofesi sebagai punkers. Budi dulu jarang mandi dan jarang pulang tetapi sering manggung dan punya banyak fans. Budi yang saat ini telah berhenti manggung. Ketika ditanya mengenai penyebab hal tersebut, Budi menjawab dengan lantang bin lancar mengapa ia berhenti memainkan musik di atas panggung perhelatan anak band. Budi bilang "Ketika kita berada di atas panggung, kemudian ada sorak sorai penonton, tepuk tangan dan berbagai pujian yang datang, maka ketika itu besar kemungkinan kita telah terhinggapi perasaan sombong. Merasa diri di atas orang lain dan tidak ada yang mampu mengalahkan. Tentu sikap seperti ini seharusnya dihindari oleh seorang muslim. Kesombongan itu hanya milik Allah dan merupakan sifat yang bisa menjerumuskan orang ke dalam neraka".
Entah darimana Budi mendapat hidayah sedahsyat itu pikir Joni. Tetapi tak terasa mata Joni berkaca-kaca. Merasa sedih memikirkan dirinya yang sering lupa kehidupan akhirat. Boro-boro mikirin akhirat, yang dia cari pada saat itu bagaimana caranya bisa lebih jago dari semua orang yang bisa main gitar. Manggung di depan mereka dan tentu saja menjadi sombong. Teringat pula kata-kata seorang kawan di SMA yang bernama Edi. Waktu itu Joni cukup sering berdebat dengan Edi. Edi selalu bilang "Musik itu abu-abu. Ada kemungkinan menjadi terlarang. Dan hal yang terlarang itu jadinya sama seperti mencuri". Joni pun membalas, "Ah, memang kenapa? klo mencuri kan beda, mencuri kan merugikan orang lain. Emang gw salah apa ke orang lain klo manggung?". Edi pun bilang "Bayangkan jika lw mati di atas panggung pas lagi nge-band, dan ternyata memang musik pada saat itu musik lagi kena hukumnya sebagai suatu hal yang dilarang alias lw jadinya mati dalam keadaan buruk, emang mau?".
Musik (dan manggung) secara kasat mata memang tidak terlihat merugi di dunia. Joni merasa selama ini tidak tepat mengartikan kata rugi. Pikir Joni ada benarnya perkataan Edi dulu. Saat ini Joni merasa yang paling merugikan dari bermusik di atas panggung adalah tumbuhnya sifat sombong. Sifat yang mencegah iblis sujud hormat kepada Adam A.S. Sifat yang membuat iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api ketimbang manusia yang diciptakan dari tanah. Sifat yang juga merubah iblis dalam sekejap dari hamba Allah yang paling taat menjadi makhluk terlaknat sampai hari kiamat.
Joni akhirnya memutuskan manggung untuk (baca: siapa tahu) bisa dapat petunjuk apakah yang ia jalani itu baik atau tidak. Pencarian petunjuk pun dimulai. Salah satu hal yang cukup menyita pikirannya ialah ekspresi vokalis Band-nya ketika latihan. Entah kenapa terlihat seperti orang kerasukan (mungkin terlalu menjiwai?!) ketika bernyanyi di studio. Auranya berbeda sekali.
Waktu beraksi pun tiba. Di luar dugaan Joni, sound system panggung nya pun jelek dan tidak ada efek gitar yang disediakan oleh panitia di atas panggung. Joni pun menjadi tidak bersemangat. "Ketika gitaris tidak menggunakan efek gitar pada saat lagu cadas, ada atau tidak di atas panggung hanya berbeda tipis" pikirnya. Akhirnya aksi panggung pun menjadi biasa saja dan cenderung menjadi tidak menyenangkan bagi Joni. Selesai manggung sarung gitar Joni hilang. Joni mencari sarung gitar yang sepertinya tertukar dengan gitaris lain. Joni yang seharusnya bisa pulang lebih awal, jadi harus pulang lebih dari pukul 23.00 karena mencari-cari sarung itu. Sulit membawa gitar listrik sambil mengendarai motor tanpa adanya keberadaan sarung gitar. Ternyata benar, sarung gitar tersebut tertukar dengan orang lain dan sudah di simpan di sebuah lab yang kuncinya sudah dibawa pulang oleh seseorang yang lain. "Melelahkan sekali malam ini, baik hati, pikiran, maupun fisik" pikir Joni.
Yap! Mungkin ini isyarat bagi Joni. Pada malam itu Joni memutuskan merehat aksi panggungnya sampai waktu yang tidak ditentukan. Joni mungkin menlanjutkannya nanti, ketika (insya Allah) Allah SWT menukar keinginan manggung Joni di dunia dengan kesempatan manggung di surga milik Allah SWT. Amin.
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
21.53
0
komentar
Kategori : Cerpen, Introspeksi, Islam, My Life, Renungan, Tausiyah
Senin, 05 September 2011
Musik! (2)
Pernyataan yang membingungkan bagi Joni. Pernyataan yang sebenarnya biasa saja namun punya makna tersirat yang cukup dalam. Terlontar dari mulut seorang yang seringkali diacungi jempol oleh Joni, "Musik adalah kegelapan dan Islam adalah cahaya. Kedua hal ini tidak dapat disatukan". Pikir Joni "Wah rumit nih urusan, kenapa dua hal yang saya sedang pelajari ini sebegitu berseberangan ya?!". Perjalanan untuk mencari bukti kebenaran atau pun kesalahan dari statement ini pun dimulai.
Joni tidak pernah berhenti berlatih band, manggung dan bereksperimen dengan menciptakan lagu. Selepas dari kemenangan pertama, hanya pernah menang satu kali lagi saja dan itu pun runner up. Pernah juga ditabrak ketika naik taksi pas mau manggung. Sound system bermasalah ketika giliran manggung. Dan terakhir kali sarung gitar tertukar ketika selesai manggung. Semua hal ini bisa saja dianggap sebagai sebuah ujian supaya bisa jadi pemusik sukses, tetapi bagi Joni yang waktu itu sedang mencari kebenaran ini seperti tanda-tanda akan suatu hal yang kurang berkah.
Joni adalah tipe pemikir dan perenung. Dia sering sekali berbicara dengan dirinya sendiri tentang hal yang ia lakukan. Benar atau tidaknya, adakah yang bisa diperbaiki dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Termasuk setiap kali selesai manggung, ia selalu melihat di sekitarnya. Pergaulan orang-orang yang aktif nge-band, orang yang menonton aktivitas band tersebut dan mencoba menarik kesimpulan fenomena apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia selalu berpikir seperti layaknya pengamat sepak bola, terdiam di pojok sementara yang lain larut dalam suasana senang-senang di sekitarnya.
Ketika itu Joni merasa tidak ada hal baik yang ia dapat dalam bermusik selain menghibur hati, sisanya yang ia dapati adalah banyaknya orang-orang yang menjadi lalai karena musik, berfoya-foya dengan waktu luang dan lebih parah lagi mempromosikan dan menebarkan berbagai hal yang sebenarnya abu-abu dalam Islam bahkan cenderung gelap atau bertentangan dengan Islam. Joni sama sekali tidak memungkiri bahwa musik salah satu jalan mengasah kreatifitas, kelincahan berpikir, memupuk kekompakan, mengatur mood dan sudah menjadi kepalang hobi bagi dirinya. Hanya saja ternyata jalan ini banyak bersinggungan dengan banyak impian Joni lainnya (musik juga salah satu impiannya juga sih).
Sebuah keputusan harus diambil. Lanjut terus atau apa?! Dulu Joni bahkan sempat bercita-cita mencari uang dari musik, dari kafe ke kafe, tetapi hati kecilnya berbicara dengan nada berbeda dan benar-benar berada pada standing point yang berlawanan. Hingga akhirnya Joni menemukan kawan-kawan yang merasakan hal yang sama dan memiliki pemikiran, ide dan alasan terkait dengan langkah selanjutnya yang harus diambil oleh Joni. (bersambung lagi ...)
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
20.52
4
komentar
Kategori : Introspeksi, Islam, My Life, Tausiyah
Rabu, 20 Juli 2011
Musik!
Permainan Joni pun terus berkembang, teman-teman di dekat rumahnya selalu mengajaknya latihan di studio musik. Joni selalu ikut walaupun sebenarnya Joni tidak tertarik dengan lagu-lagu yang pada saat itu dibawakan oleh mereka. Joni tidak pernah mendengarkan lagu-lagu pop pada saat itu karena kebanyakan lagu-lagunya hanya membicarakan atau malah mendewakan cinta. Lagu-lagu yang ada cenderung melalaikan seseorang dan amat sangat mempengaruhi orang untuk dekat dengan zina. Memang bukan zina tetapi dekat dengat zina. Kebetulan Joni selalu berada di posisi (anak guru di SMP) dimana dia tidak mungkin berbuat bandel. Ternyata kebetulan ini selaras dengan perintah Sang Pencipta kepada hamba-Nya.
Namun kehidupan seorang pemain Band akhirnya memaksa Joni membawakan lagu-lagu yang bertemakan cinta. Joni tak pernah mendengarkan sebelumnya lagu-lagu (bertemakan cinta) yang ia bawakan, tetapi pada akhirnya ia bisa menebak setiap chord yang akan dimainkan (apalagi lagu pop yang punya kecenderungan menggunakan irama yang itu-itu saja).
Waktu pun berlalu, Joni sudah SMA, kawan-kawannya yang lebih pandai bermusik dari Joni tidak satu SMA dengan Joni. Akibatnya sedikit demi sedikit bakatnya yang pas-pasan pun terekspos. Kelas X Joni dan kawan-kawannya mendapatkan best performance alias juara 1 ketika ada pentas seni di sekolahnya. Tak diduga, kelompok band yang pada saat itu tidak membawakan lagu pop (membawakan lagu ondel-ondel dan original soundtrack salah satu serial kartun Jepang) bisa menang.
Pada saat SMA Joni selalu berusaha memperbaiki diri sedikit demi sedikit dalam hal ketaatan beragama. Hal ini terjadi karena ia banyak menemukan sosok teladan di sekitarnya. Joni dihujani dengan sosok-sosok yang memaknai Islam sebagai pedoman dalam kehidupan bukan sekedar amal tanpa jiwa, tetapi taat dengan berusaha paham sepenuhnya. Saat itu Joni mulai paham dunia ini adalah ladang amal, dan hanya sementara kehidupan setelah matilah yang merupakan kehidupan sesungguhnya dan saat untuk memanen apa-apa saja yang telah dikerjakan di dunia.
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
21.50
10
komentar
Kategori : Introspeksi, Islam, My Life, Tausiyah
Rabu, 09 Juni 2010
Pemimpin
Memimpin itu artinya menanggung semua hal yg dilakukan oleh yang dipimpin.
Memimpin itu artinya ditanya terlebih dahulu tentang semua yg sedang terjadi.
Memimpin itu gunung pun tak mau.
Memimpin itu siap menanggung dosa.
Memimpin itu siap mencerahkan atau menyesatkan.
Memimpin itu manajer + teman + pembimbing.
Memimpin adalah menjadi teladan.
Ya Rabb jadikanlah hamba-Mu ini lebih baik dari yang mereka kira.
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
22.39
5
komentar
Rabu, 13 Januari 2010
Generasi Pelangi
"Berbagai spektrum warna pelangi terpadu dalam satu pita"
"Pelangi tidak ada ujungnya"
"Pelangi pada dasarnya ialah uap air yang berkolaborasi dengan udara."
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
23.10
7
komentar
Sabtu, 22 Agustus 2009
Ramadhan, Sekolah Kehidupan

Alhamdulillah, Akhirnya kita telah sampai di bulan Ramadhan. Banyak sekali respon manusia terhadap bulan ini. Ada yang menyambut dengan luar biasa gembira, ada yang biasa saja, ada yang malah kecewa. Bagaimana dengan Anda?
Ramadhan adalah sekolah untuk menempa manusia. Manusia yang awalnya takluk oleh nafsunya sendiri, menjadi manusia yang menaklukan nafsunya. Rasulullah bersabda,
Ada Ulama yang berpendapat bahwa kata "belenggu" merupakan kata kiasan. Sesuai dengan firman Allah,
Dan pada ayat lain,
Orang-orang beriman diberikan kewaspadaan lebih dari biasanya di bulan Ramadhan dalam mendeteksi godaan setan sehingga tidak mudah tergoda dan setan pun "terbelenggu" karena tidak bisa dengan leluasa menggoda manusia. Lalu bagaimanakah performance diri kita dalam berpuasa di saat setan tak sempat lagi untuk menggoda? Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda,
Puasa di bulan Ramadhan adalah amalan yang kita lakukan khusus untuk Sang Khalik. Maka amatlah penting untuk selalu berusaha menyempurnakan puasa kita. Puasa sendiri memiliki berbagai tingkat, tingkat pertama ialah puasa sebatas menahan lapar dan haus. Tingkatan kedua adalah menahan lapar dan haus serta menjaga seluruh anggota badan kita dari perbuatan yang bisa merusak puasa. Lisan yang terjaga, mata yang terkendali, dan pendengaran yang hanya mendengarkan hal yang perlu.
Tingkatan ketiga atau tingkatan terbaik dalam berpuasa adalah ketika semua hal di tingkat sebelumnya telah terlaksana ditambah dengan puasa hati. Puasa hati, menjaga hati dari niat buruk, prasangka buruk, pemikiran yang buruk dan hal-hal buruk lainnya yang bisa merusak puasa kita. Sampai di tingkat manakah kita telah berpuasa? mudah-mudahan Allah SWT akan terus menyekolahkan kita pada bulan Ramadhan hingga kita telah bisa menjalankan puasa dengan tingkat terbaik. Dan mudah-mudahan puasa kita tahun ini bernilai pahala di sisi-Nya. Amin
Sumber rujukan:
- http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-ramadhan/16-tanya-jawab/549-bagaimana-setan-dibelenggu-dalam-ramadhan
- Ceramah-ceramah ba'da shalat tarawih@mesjid Al-Muhajirin, Depok, Jawa Barat.
Selasa, 11 Agustus 2009
Quote of the Months!
Dari blog tetangga sebelah mendapat sebuah quote mantap. Semoga bisa membuat hidup lebih bersemangat!

Teruslah bergerak, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu!
Teruslah berlari hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu!
Teruslah berjalan hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu!
Teruslah bertahan hingga KEFUTURAN itu FUTUR bersamamu!
Tetaplah berjaga hingga KELESUAN itu LESU bersamamu!
(KH. Rahmat Abdullah)
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
14.27
4
komentar
Kamis, 09 Juli 2009
Tenggelam atau Menyelam?
Salim A. Fillah dalam bukunya "Jalan Cinta Para Pejuang" menganalogikan hidup ini seperti orang yang berada di lautan. Tulisan saya di postingan ini mencoba me-reka ulang analogi tersebut, tapi tidak persis seperti yang ada di buku beliau, sedikit dirubah, dikurangi, ditambahkan, dibumbui sesuai kebutuhan, silahkan disimak.
Sesaat kemudian, perhatian penyelam mau tak mau tertuju pada keindahan pesona fauna di lautan. Ikan-ikan dengan warna-warni yang indah berkeliaran ke sana ke mari. Ikan-ikan tersebut berenang layaknya lukisan hidup di atas kanvas biru. Setelah beberapa menit terpukau dengan pesona lautan di kedalaman 10 meter, sang penyelam pun kembali turun lebih dalam menuju ke kedalaman 20 meter.
Sang penyelam lagi-lagi terkejut, karena di kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut ia kembali bertemu dengan penyelam kaos oblong. "Subhanallah, ternyata orang itu sudah sampai di sini" serunya dalam hati. Lagi-lagi perhatian sang penyelam teralihkan ke suasana lautan yang semakin indah, ikan-ikan kecil bergerombol untuk berenang, membentuk formasi tanpa bertabrakan. Juga ubur-ubur yang berenang seperti balon ulang tahun yang ditempeli dengan tali kembang kempis terbang menjauhi sang Penyelam.
Perjalanan pun dilanjutkan, sang penyelam menyelam lebih dalam lagi, kali ini kedalaman 30 meter. Suasana lautan gelap dan mulai terlihat ikan-ikan yang menyala-nyala, juga ditemukan banyak tumbuhan lautan, coral, dan tanaman-tanaman lautan lainnya yang pesonanya tak kalah indah dengan ikan-ikan disekitarnya. Sang penyelam pun kaget, ternyata penyelam kaos oblong telah sampai ke kedalaman 30 meter juga!
Lalu ia pun menyatakan kekagumannya dengan memberikan kode jempol dua. Namun ternyata penyelam kaos oblong itu membalasnya dengan kode SOS. Ia tenggelam!
Hikmah luar biasa ternyata terkandung dalam kisah di atas. Salah satunya, "Sudahkah kita mempersiapkan peralatan terbaik dalam mengarungi dunia ini?". Keimanan, Akhlak yang Baik, Ibadah yang Benar, adalah salah tiga dari banyak hal yang harus kita persiapkan untuk menjadi peralatan atau bekal kita mengarungi dunia. Melanggar perintah agama jauh lebih mudah ketimbang menjalankannya, godaan dunia pun tak kunjung usai menerpa, harta, tahta, wanita.
Seperti KPK yang ribut sendiri sama ketua non-aktifnya yang juga melibatkan aparat kepolisian. Mereka seharusnya saling bahu membahu memberantas para penyelam kaos oblong. Para penyelam kaos oblong yang seringkali dikira orang penyelam profesional. Rumah mentereng, mobil seharga milyaran dan banyak hal lainnya yang mereka miliki saat ini membuat mereka seolah-olah menjadi para penyelam sukses.
Padahal para penyelam kaos oblong sedang tenggelam di dunia, terpesona oleh "ikan" harta dan "ubur-ubur" kekuasaan. Akibatnya mereka mencari cara apapun untuk mendapatkan semua hal itu, hal ini disebabkan sebelumnya mereka tidak mempersiapkan "perkakas" iman dengan kualitas jempolan untuk digunakan seraya menyelam. Meraka malah hanya bermodal kaos oblong dan celana pendek untuk mengarungi "lautan" dunia yang luas dan dalam ini.
Kita saat ini bukan tidak mungkin sedang tenggelam di dunia dan mengira diri kita seorang yang sedang menyelam dengan handal dan penuh persiapan. Tak ada salahnya kembali mempersiapkan diri sebelum kembali menyelam, selagi libur (untuk yang kuliah di UI) serta selagi "toko baju selam" Ramadhan akan kembali membekali kita menjadi insan yang lebih siap menghadapi pesona indahnya "lautan" dunia.
Tertarik membaca bukunya? silahkan hubungi toko buku terdekat atau teman terdekat yang rajin baca buku dan suka meminjamkan buku. Masih banyak nasihat atau tausiyah lain di buku bertajuk "Jalan Cinta Para Pejuang" ini yang menunggu untuk dibaca dan diambil hikmahnya. Semoga bermanfaat.
nb: Untuk mas Salim klo sempat membaca postingan ini, mohon ijin untuk me-reka ulang cerita di atas :D
Diposting oleh
Muhamad Fajar
Pada Pukul
21.05
1 komentar
Kategori : Introspeksi, Nasihat, Opini, Resensi, Tausiyah
Saya?!
- Muhamad Fajar
- Dipanggil Fajar. Sampai saat ini masih yakin terlahir untuk menjadi pemenang, walaupun saat ini saya masih amat jauh dari pribadi dan pengetahuan seorang pemenang. Saya harus terus belajar hingga benar - benar menjadi pemenang di dunia dan di akhirat bersama pemenang-pemenang lainnya. Alhamdulillah saat ini saya telah lulus dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Cita - cita : Menjadi seorang pemilik perusahaan IT Indonesia yang disegani di seluruh dunia, dan menjadi orang super kaya sehingga mampu membantu sebanyak-banyaknya rakyat Indonesia! Hal ini tak akan bisa terwujud tanpa doa, dukungan dan kerja keras. Untuk itu mohon doanya juga dari para pembaca :D